Selasa, 23 September 2025

Warna-Warna yang Tidak diSukai Nabi Muhammad ﷺ

Nabi Muhammad ﷺ adalah teladan dalam segala aspek, termasuk dalam hal selera dan preferensi yang selalu selaras dengan ajaran Islam.

Merujuk pada hadits-hadits yang shahih, tidak ada warna tertentu yang secara tegas diharamkan atau disebutkan bahwa Nabi ﷺ membencinya. Namun, ada warna-warna yang disebutkan beliau tidak disukai atau dilarang untuk dipakai khusus bagi laki-laki, karena menyerupai pakaian wanita atau pakaian orang-orang yang sombong.

Berikut adalah penjelasannya:

1. Warna Kuning Tua atau Merah Menyala (Terlalu Mencolok) bagi Laki-Laki

Ini adalah warna yang paling jelas disebutkan dalam hadits bahwa Nabi ﷺ tidak menyukainya untuk dipakai oleh laki-laki.

Penjelasan:
Larangan ini bukan karena warna itu sendiri jelek atau haram, tetapi karena pada masa itu, warna-warna mencolok seperti kuning tua dan merah menyala identik dengan pakaian wanita atau orang-orang yang berpenampilan berlebihan dan sombong. Nabi ﷺ ingin menjaga identitas dan kesederhanaan laki-laki muslim, serta mencegah tasyabbuh (penyerupaan) dengan lawan jenis.

Kesimpulan: Bagi laki-laki, warna-warna mencolok seperti kuning tua dan merah terang (yang biasa dipakai wanita) adalah warna yang tidak disukai untuk dipakai.

2. Warna yang Identik dengan Kesombongan

Nabi ﷺ juga tidak menyukai pakaian yang menunjukkan kesombongan, terlepas dari warnanya. Jika suatu warna (misalnya merah atau ungu) pada masa itu menjadi simbol status dan keangkuhan para bangsawan, maka memakainya dengan niat seperti itu sangat tercela.

Lalu, Warna Apa yang Disukai Nabi ﷺ?

Sebagai gambaran, Nabi ﷺ lebih menyukai warna-warna yang tenang dan sederhana:

  • Putih: Ini adalah warna paling favorit beliau. Beliau bersabda, "Pakailah pakaian berwarna putih, karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian." (HR. Ahmad, Tirmidzi).

  • Hijau: Beliau juga menyukai warna hijau, dan banyak kisah yang menyebutkan beliau memakai pakaian atau sorban berwarna hijau.

  • Warna-warna Lain yang Kalem: Seperti hitam (beliau pernah memakai sorban hitam), coklat, atau merah yang tidak menyala (seperti merah bata).

Ringkasan untuk Mudah Dipahami:

WarnaStatus untuk Laki-LakiStatus untuk PerempuanPenjelasan
Kuning Tua/Merah MenyalaDilarang/MakruhDiperbolehkanMenyerupai pakaian wanita dan berpenampilan berlebihan.
PutihSangat DisukaiDiperbolehkanWarna terbaik, melambangkan kesucian dan kesederhanaan.
Hijau, HitamDisukai/DiperbolehkanDiperbolehkanWarna-warna yang tenang dan sering disebut dalam hadits.
Warna Lain (Kalem)DiperbolehkanDiperbolehkanSelama tidak menyerupai lawan jenis atau simbol kesombongan.

Poin Penting:

  1. Kontekstual: Larangan ini sangat terkait dengan budaya Arab saat itu. Ulama berbeda pendapat apakah larangan ini bersifat mutlak atau terkait budaya. Namun, kehati-hatian adalah yang utama.

  2. Niat dan Tujuan: Esensi dari larangan ini adalah untuk menghindari tasyabbuh bil mar'ah (menyerupai wanita) bagi laki-laki, dan menghindari kesombongan.

  3. Untuk Perempuan: Tidak ada larangan khusus bagi perempuan mengenai warna. Mereka diperbolehkan memakai berbagai warna, termasuk yang dilarang untuk laki-laki, selama tidak menyerupai laki-laki dan tetap mematuhi aurat.

Jadi, kesimpulannya, Nabi Muhammad ﷺ tidak membenci warna tertentu secara mutlak, tetapi beliau memberikan panduan berdasarkan hikmah untuk menjaga identitas, kesopanan, dan kesederhanaan umatnya.

Senin, 22 September 2025

Baju Warna Kuning Menurut Nabi dan Penjelasan Ulama

Berikut adalah penjelasan mengenai hadis-hadis yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ tidak menyukai warna kuning, disertai konteks dan penjelasan ulama.

Hadis-Hadis yang Meriwayatkan Ketidaksukaan Terhadap Warna Kuning

Terdapat beberapa hadis yang meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan untuk tidak memakai pakaian berwarna kuning, atau beliau melihat pakaian kuning dan tidak menyukainya. Berikut dua contoh yang populer:

1. Hadis dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: "نُهِيَ عَنْ لُبْسِ المُعَصْفَرِ"
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata: "Dilarang memakai pakaian yang dicelup dengan 'ushfur (warna kuning kemerahan)."
(HR. Muslim No. 2078)

2. Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ التَّصَبُّرِ، وَعَنْ لُبْسِ الخَاتَمِ إِلَّا لِصَاحِبِ سُلْطَانٍ، وَعَنْ لُبْسِ المُعَصْفَرِ"
Dari Anas, ia berkata: "Rasulullah ﷺ melarang dari menyiksa (binatang dengan mengurungnya untuk diburu), memakai cincin (emas) kecuali bagi penguasa, dan memakai pakaian yang dicelup 'ushfur (warna kuning kemerahan)."
(HR. An-Nasa'i, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

3. Hadis dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى عَلَيَّ ثَوْبَيْنِ مُعَصْفَرَيْنِ، فَقَالَ: " إِنَّ هَذِهِ مِنْ ثِيَابِ الكُفَّارِ، فَلَا تَلْبَسْهَا "
Bahwa Rasulullah ﷺ melihatku mengenakan dua pakaian yang dicelup 'ushfur, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya pakaian seperti ini adalah pakaian orang-orang kafir, maka janganlah kamu memakainya."
(HR. Muslim No. 2077)

Penjelasan dan Konteks (Syarah Hadis)

Para ulama menjelaskan bahwa larangan atau ketidaksukaan Nabi Muhammad ﷺ terhadap warna kuning ini bukanlah larangan yang mutlak dan haram, tetapi memiliki konteks tertentu:

  1. Konteks Khusus pada Zaman Itu: Warna kuning (terutama yang dari celupan 'ushfur) pada masa itu secara khusus identik dengan pakaian yang biasa dikenakan oleh para pendeta atau biarawan non-Muslim, atau orang-orang yang sombong dan bermegah-megahan. Larangan ini bertujuan untuk membedakan identitas Muslim dengan non-Muslim (ghiyar).

  2. Bukan Larangan Mutlak: Larangan ini bersifat karahiyah tanzih (makruh, tidak sampai haram). Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menyatakan bahwa jumhur (mayoritas) ulama berpendapat hukum memakainya adalah makruh, bukan haram.

  3. Perbedaan Jenis Kuning: Ketidaksukaan itu tertuju pada warna kuning yang sangat terang dan mencolok (seperti jingga atau kuning kemerahan dari celupan 'ushfur), yang menarik perhatian dan sering digunakan untuk pamer. Warna kuning biasa atau pucat tidak termasuk dalam larangan ini.

  4. Hadis Lain yang Melonggarkan: Terdapat juga hadis yang menunjukkan bahwa larangan ini tidak absolut. Diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ mengizinkan memakai kain yang bergaris-garis kuning (HR. Al-Bukhari), dan Aisyah radhiyallahu 'anha pernah memakai kerudung berwarna kuning (HR. Abu Dawud). Ini menunjukkan bahwa warna kuning itu sendiri tidak terlarang, tetapi konteks dan cara penggunaannyalah yang menjadi perhatian.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan ulama, dapat disimpulkan:

  • Nabi Muhammad ﷺ tidak menyukai dan melarang memakai pakaian yang berwarna kuning mencolok (seperti jingga/kemerahan) yang pada zamannya menjadi simbol dan pakaian khas non-Muslim.

  • Larangan ini bertujuan untuk menjaga identitas dan keunikan Muslim serta menjauhi sikap sombong dan pamer.

  • Hukum memakainya adalah makruh (dibenci/dihindari) dan bukan haram.

  • Warna kuning biasa, pucat, atau sebagai aksesori dalam corak kain tidak termasuk dalam larangan ini.

Jadi, ketidaksukaan beliau adalah dalam konteks sosial dan budaya tertentu, bukan berarti warna kuning adalah warna yang terlarang secara mutlak dalam Islam.

Kamis, 18 September 2025

🌷BEBERAPA AMALAN SUNNAH PADA HARI JUM'AT 🌷


سُنَنُ ٱلْجُمْعَـــــــــــــــــــةِ، وَهِيَ كَثِيْرَةٌ، مِنْهــــــاَ :
١ - ٱلْغُسْلُ، وَوَقْتُهُ : يَدْخُلُ بِطُلُوْعِ ٱلْفَجْرِ وَيَخْرُجُ بِالْيَأْسِ مِنْ حُضُوْرِ ٱلْجُمْعَةِ، وَٱلْأَفْضَلُ تَأْخِيْرُهُ إِلیٰ ٱلرَّوَاحِ، وَيَكُوْنُ ٱلْغُسْلُ لِحَاضِرِهَا.
٢ - ٱلتَّزَيُّنُ بِأَحْسَنِ ٱلثِّيَابِ، وَالْبَيْضُ أَوْلیٰ، فَيَلْبَسُ ٱلثَّوْبُ " ٱلْقَمِيْصَ " وَٱلْعَمَامَةَ وَٱلرِّدَآءَ، وَيُسَنُّ أَنْ يُبَالِغَ ٱلْخَطِيْبُ فِيْ حُسْنِ ٱلْهَيْئَةِ،
٣ - ٱلتَّنَظُّفُ، مِنْ : حَلْقِ عَانَةٍ وَنَتْفِ إبْطِ وَقَصِّ شَارِبِ وَتَقْلِيْمِ ظُفُرِ وَإِزَالَةِ رِيْحِ كَرِيْهَةٍ وَسِوَكٍ وَغَيْرَ ذَالِكَ،
٤ - ٱلتَّطَيُّبُ : لِلرَّجُلِ، وَهُوَ مَاخَفِيَ لَوْنُهّ وَظَهَرَتْ رَآئِحَتُهُ، وَأَفْضَلُهُ ٱلْمِسْكُ ٱلْمَخْلُوْطُ بِمَآءِٱلْوَرْدِ.
٥ - ٱلتَّبْكِيْرُ إِلَيْهَا : وَوَقْتُهُ مِنْ طُلُوْعِ ٱلْفَجْرِ إِلیٰ خُرُوْجِ ٱلْإِمَامِ إِلیٰ ٱلْجُمْعَةِ، إِلَّاٱلْإِمَامَ فَلَا يُسَنُّ لَهُ ٱلتَّبْكِيْرُ.
٦ - ٱلْإِسْتِغَالُ - فِيْ طَرِيْقِهِ - بِقِرَآءَةِ أَوْذِكْرٍ، فَيَأتِيْ بِدُعَآءِ ٱلخُرُوْجِ إِلیٰ ٱلْمَسْجِدِ، وَيَزِيْدُ (ٱللّٰهُمَّ إِجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْجَهِ مَنْ تَوَجَّهَ إِلَيْكَ، وَأَقْرَبَ مَنْ تَقَرَّبَ إِلَيْكَ، وَأْفْضَلَ مَنْ سَأَلَكَ وَرَغِبَ إِلَيْكَ،

🔰Banyak Kesunnahan-kesunnahan di hari Jum'at diantaranya :
1. Mandi, waktunya mulai terbit Fajar Shodiq hingga masa yang tidak memungkinkan hadir di sholat jum'at. Yang utama adalah mengakhirkan mandi hingga hendak berangkat. Kesunnahan mandi hanya bagi orang yang hendak mengikuti sholat jum'at.
2. Berhias dengan memakai pakaian terbaiknya. Yang terbaik adalah pakaian putih. Memakai gamish, surban dan selendang. Bagi Khotib sunnah memaksimalkan dalam berhias.
3. Membersihkan badan, yaitu dengan mencukur bulu kemaluan, mencabut ketiak, memcukur kumis, memotong kuku, menghilangkan bau tidak sedap, bersiwak dan lainnya.
4. Memakai pengharum bagi laki-laki, yaitu pengharum yang tidak nampak warnanya dan serbak baunya, yang utama adalah minyak misik yang dicampur dengan air mawar.
5. Berangkat pagi kecuali bagi imam. Waktunya mulai dari terbitnya fajar sampai berangkatnya imam menuju tempat-tempat pelaksanaan sholat jum'at.
6. Selama perjalanan menyibukkan diri dengan membaca al-Qur'an dan dzikir, membaca do'a keluar  rumah menuju masjid dan menambah do'a:

" ٱللّٰهُمَّ إجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْجَهِ مَنْ تَوَجَّهَ إلَيْكَ وَأَقْرَبَ مَنْ تَقَرَّبَ إلَيْكَ وَأَفْضَلَ مَنْ سَأَلَكَ وَرَغِبَ إلَيْكَ.

" Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dari orang yang paling menghadap padaMu, paling dekat-dekatnya orang mendekat padaMu, paling utama-utamanya orang yang me minta padaMu dan mencintaiMu".

٧ - قِرَآءَةُ سُوْرَةِ ٱلْكَهْفِ يَوْمَهَا وَلَيْلَتَهاَ ١"
٨ - ٱلْإِكْثَارُ مِنَ ٱلصَّلَاةِ عَلیٰ ٱلنَّبُيِّ ﷺ ٢"
٩ - ٱلْإِنْصَاتُ وَٱلْإِسْتِمَاعُ إلیٰ ٱلخُطْبَةِ ٣"، فَيَتْرُكُ ٱلسَّامِعُ وٱلذِّكْرَ وَٱلكَلَامَ ٤"، وَغَيْرُ ٱلسَّامِعِ يَتْرُكُ ٱلْكَلَامِ فَقَطْ، وَيَجِبُ رَدُّ ٱلسّلَامِ أَثْنآءَ ٱلْخُطْبَةِ.
١٠ - تَحِيَّةُ ٱلْمَسْجِدِ : يُسَنُّ أَنْ يُصِلِّيْهَا أَرْبَعَ رَكَعاتٍ بِتَشَهُّدٍ وَاحِدٍ، يَقْرَأُ فِيْهِنَّ سُوْرَةَ آلْإِخْلَاصِ خَمْسِيْنَ مَرَّةً فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بَعْدَ ٱلْفَاتِحَةِ ٥"، فَإِذَا دَخلَ وَ ٱلْإِمَامُ يَخْطُبُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ فَقَطْ، وَيَجِبُ تَخْفِيْفُهَا ٦".
١١ - عَدَمُ ٱلْإِحْتِبَآءِ، لِأَنَّهُ يُوْرِثُ ٱلنَّوْمِ. ٧"
١٢ - ٱلْإِكْثارُ مِنَ ٱلدُّعَآءِ وَتَحَرِّيْ سَاعَةِ ٱلْإِجاَبَةِ : وَهِيَ : مِنْ جُلُوْسِ ٱلْإِمَامِ لِلْخُطْبَةِ إلیٰ ٱلسَّلاَمِ مِنَ ٱلصَّلاَةِ عَلیٰ أَصَحِّ ٱلْأَقْوَالِ ١".
١٣ - ٱلْإِتْيَانُ بِالْمُسَبِّعاَتِ بَعْدَهَا وَقَبْلَ أَنْ يُحَرِّكَ رِجْلَيْهِ وَيَتَكَلَّمَ، وَهِيَ : ٱلْفَاتِحَةُ، وَ "قُلْ هُوَ ٱللّٰهُ أَحَدٌ "، وَٱلْمُعَوِّذَتَانِ سَبْعًا سَبْعًا، وَيَقُوْلُ بَعْدَهَا : " ٱللّٰهُمَّ يَاغَنِيُّ يَاحَمِيْدُ، يَا مُبْدِيْ يَامُعِيْدُ، يَارَحِيْمُ يَا وَدُوْدُ، أَغْنِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ، وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ " أَرْبَعًا.

7. Membaca surat al-Kahfi di siang dan malam hari jum'at.
8. Memperbanyak membaca sholawat kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ.
9. Mendengarkan khutbah jum'at secara seksama. Sehingga, hendaknya tidak membaca dzikir dan berbicara yang lain. Jika tidak mendengar bacaan khutbah, maka sunnah tidak berbicara selain dzikir. Wajib menjawab salam dipertengahan khutbah.
10. Sholat Tahiyatal masjid empat rokaat, dengan satu salam. Setiap rokaat membaca surat  ٱلْإِخْلاِصُ x 50 kali setelah al-Fatihah jadi genap 200 kali dalam empat rokaat. Jika baru masuk masjid sedangkan khotib sedang khutbah maka disunnahkan sholat dua rokaat saja dan wajib mempercepat (melakukan rukun-rukun saja).
11. Tidak duduk Ihtiba' ( duduk dengan posisi kedua kaki dilipat dan ditegakkan ), karena posisi demikian akan memudahkan tidur.
12. Memperbanyak do'a terutama diwaktu mustajabah, yaitu waktu mulai imam duduk diantara dua khutbah hingga salam dari sholat. 
13. Setelah salam sunnah membaca al-Musabbi'at ( surat yang diulang tujuh kali ), sebelum menggerakkan kedua kaki dari posisinya dan sebelum berkata-kata lain. Almusabbi'at: alfatihah, al-ikhlas, al-Mu'awwidzatain masing-masing dibaca 7 kali. Setelahnya membaca 

يَاغَنِيُ يَاحَمِيْدُ إلخ... 

Dibaca 4 kali.
Artinya, Ya Allah, wahai Tuhan Yang Maha Kaya, Maha Terpuji, Maha Menciptakan, Maha Mengembalikan, Maha Belas kasih, Maha Mencintai, cukupilah aku dengan perkara halal panjenengan jauh dari perkara haram panjenengan, dengan penuh ketaatan jauh dari kemaksiatan, dan dengan anugerah panjenengan jauh dari selain panjenengan.
Mugi manfaat dan mohon maaf bila terdapat kesalahan.
Kami nuqil dari kitab Fiqih Ubudiyah " تقريرات ٱلسديدة " Bab Sunnah pada hari Jum'at halaman 334-336

والله المفواق إلی أقوم الطريق.
ٱلفقير إلی رحمة الله.

Moch Turchan Amar,
Sidoarjo, 26 Robi'ul Awal 1447H / 19 September 2025M.

  ٭٭٭ ❉ ❉ ❉٭٭٭


Kamis, 11 September 2025

💠 SYARAT SAH KEDUA KHUTBAH ADA DUA BELAS 💠 شُرُوْطُ صِحَّةِ ٱلْخُطْبَتَيْنِ إِثْنَا عَشَرِۘ.

١ - ٱلذُّكُوْرَةُ
٢ - ٱلطَّهَارَةُ عَنِ ٱلحَدَثَيْنِ ٱلْأَصْغَرِ وَٱلْأَكْبَرِ، فَإِذَآأَحْدَثَ فِيْٓ أَثْنَآءِهَا تَوَضَّأََ وَٱسْتَأْنَفَهَا مِنْ جَدِيْدٍ.
٣ - ٱلطَّهَارَةُ عَنِ ٱلنَّجَاسَةِ فِيْ ٱلثَّوْبِ وَٱلْبَدَنِ وَٱلمَكَانِ، أيْ : طَهَارَةُ ثَوْبِ ٱلْخَطِيْبِ وَبَدَنِهِ وَمَكَانِهِ ٱلَّذِيْ يُبَاشِرُهُ مِنَ ٱلنَّجَاسَةِ،
٤ - سَتْرُ ٱلْعَوْرَةِ، فَلَوْ إِنكَشَفَتْ وَمَضیٰ وَقْتٌ يُمْكِنُ أَنْ يَسْتُرَهَا وَلَمْ يَسْتُرْهَا، بَطَلَتْ ٱلْخُطْبَةُ وَوَجَبَ إِعَادَتُهَا،
٥ - ٱلْقِيَامُ عَلیٰ ٱلْقَادِرِ، فَإِنْ عَجَزَ عَلیٰ ٱلْقِيَام خَطَبَ جَالِسًا، فَإِنْ عَجَزَ خَطَبَ مُضْطَجِعًا، وَٱلْأَوْلیٰ بِهَا أَنْ يَسْتَخْلِفَ.
٦ - ٱلْجُلُوْسُ بَيْنَهُمَا فَوْقَ طُمَأْنِيْنَةِ ٱلصَّلَاةِ، وَٱلْأَفْضَلُ : أَنْ يَكُوْنَ بِقَدْرِ سُوْرَةِ ٱلْإِخْلَاصِ، فَلَمْ يَجْلِسُ حُسِبًا وَاحِدَةً،
٧ - ٱلْمُوَلَاةُ بَيْنَ ٱلْخُطْبَتَيْنِ عُرْفًا، وَبَعْضُهُمْ قَدْرُهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ، فَلَوْطَالَ ٱلْفَصْلُ زِيَادَةً عِنْ ذَلِكِ وَجَبَ إِعَادَةُ ٱلْخُطْبَةِ.

1. Dari kalangan laki-laki.
2. Suci dari hadats kecil dan besar, jika mengalami hadats di tengah-tengah khutbah, maka wajin wudlu' dan mengulangi khutbahnya dari awal.
3. Suci dari najis baik badan pakaian dan tempat. Maksudnya badan, pakaian dan tempat yang tersentuh oleh khotib harus suci dari najis.
4. Menutup aurat. Jika aurat terbuka hingga melewati masa yang cukup untuk menutupnya hingga tidak sempat untuk menutupnya maka khutbahnya batal dan harus mengulangi dari awal.
5. Berdiri. Jika tidak mampu maka boleh khutbah dengan duduk, jika tidak mampu boleh khutbah dengan tidur miring, namun yang lebih utama adalah mencari pengganti untuk melaksanakan khutbah.
6. Duduk diantara dua khutbah sebatas Thuma'ninah dalam sholat, dan atau sebatas membaca surat " ٱلْإِخْلَاصُ " jika tidak demikian dianggap satu khutbah.
7. Terus menerus secara Urf. Diantara dua khutbah. Sebagian Ulama' memberikan batasan sebatas sholat dua rokaat yang ringan. Jika pemisah kedua khutbah tersebut melebihi batasan tersebut maka mengulangi khutbahnya dari awal.

٨ - ٱلْمُوَالَاةُ بَيْنَ ٱلْخُطْبَتَيْنُ وَبَيْنَ ٱلصَّلَاة عُرْفًا كَمَا سِبَقَ.
٩ - ٱلْإِسْمَآعُ مِنَ ٱلخَطِيْبِ، أيْ : إِسْمَاعُ ٱلْخَطِيْبِ أرْبَعِيْنَ رَجُلًا - تَنْعَقِدُ بِهِمُ ٱلْجُمَعَةُ - أرْكَانَ ٱلْجُمْعَةِ.

١٠- أَنْ يَسْمَعَهُمَا أَرْبَعُوْنَ، أَيْ : سِمَاعُ ٱلْحَاضِرُيْنَ لأَِرْكِانِ ٱلْخُطْبَةِ بِالْفِعْلِ، أيْ حَقِيْقِةً، عِندَ ٱلنَّوَاويِّ، وَٱلرَّافعِيِّ وَإبنِ حَجَرٍ.
١١ - أَنْ تَكُوْنَ بِالْعَرَبِيَّةِ، أَيْ : ٱلْأَرْكَانُ، وَذلِكَ إِذَا كَانَ فِيْ ٱلْقَوْمِ مَنْ يَعْرِفُ ٱلْعَرَبِيَّةِ، وَإِلَّا فَيَكْفِی بِأَيِّ لُغَةٍ بِشَرْطٍ أَنْ يَفْهَمَهَا ٱلْحَاضِرُوْنَ، وَيَجِبُ إِلَيْهِمْ تَعَلُّمُ ٱلْعَرَبيَّةِ وَإِلَّا أَئِمُّوْا مَعَ عَدَمِ صِحَّتِ جُمَعَتِهِمْ.
١٢ - أَنْ تَكُوْنَ كُلُّهَا فِيْ وَقْتَ ٱلظُّهْرِ، وَلَوْ شَرَعَ فِيْ ٱلْحَمْدَلَةِ قَبْلَ ٱلزَّوَالِ تَصِحُّ.

8. Terus-menerus diantara kedua khutbah dan sholat secara Urf. Sebagaimana batasan yang telah dijelaskan.
9. Khotib bisa memberi pendengaran. Maksudnya khotib menyampaikan rukun kedua khutbah bisa didengar oleh semua orang empat puluh lelaki yang bisa mengesahkan jum'atan.
10. 
 Kedua khutbah harus terdengar orang 40. Yaitu Jama'ah jum'at harus mendengar khutbah jum'at secara pasti, menurut Imam Nawawi, Rofi'ie dan Ibnu Hajar.
11. Rukun kedua khutbah harus disampaikan dengan Bahasa Arab. Hal ini jika disampaikan pada orang-orang yang biasa bahasa Arab. Jika tidak, boleh disampaikan dengan bahasa apa saja, dengan syarat bisa difahami oleh para jama'ah, namun wajib bagi mereka belajar bahasa Arab. Jika tidak, maka mereka berdosa dan tidak sah sholat jum'atannya.
12. Seluruh rukun khutbah dilaksanakan di dalam waktu Dhuhur. Jika rukun pertama yaitu bacaan Hamdalah sebelum masuk waktu, maka hukumnya tidak Sah.
Kami nuqil dari kitab " تقريرات ٱلسديدة " Bab Syarat Sahnya Jum'atan halaman 332-333
Mugi manfaat, mohon maaf menawi wonten lepat.

والله ٱلموفق إلی أقوم ٱلطريق،
ألفقير إلی رحمة اللـــه،

Sidoarjo, 19 Robiul Awal 1447 H/12 September 2025 M.

٭٭٭ ❉ ❉ ❉٭٭٭

Kamis, 28 Agustus 2025

🍁RUKUN DAN SYARAT KHUTBAH JUM'AT 🍁

🍁RUKUN DAN SYARAT KHUTBAH JUM'AT 🍁

أرْكَانُ خُطْبَتَيْ ٱلْجُمْعَةِ وَشُرُوْطُهُمَا.
أَرْكَانُ ٱلْخُطْبَتَيْنِ : خَمْسَةٌ :
١ - حَمْدُ ٱللّٰهِ فِيْهِمَا : فَلَا بُدَّ مِنْ لَفْظِ " ٱلْحَمْدِ " أَوْ مَاٱسْتُقَّ مِنْهُ، وَلَا يَكْفِي : " ٱلشُّكْرُ لِلّٰـــــهِ "
٢ - ٱلصَّلَاةُ عَلَیٰ ٱلنَّبِيِّ ﷺ فِيْهِمَا بِأَيِّ صِيْغَةٍ، وَلَايَكْفِيْ : ( رَحِمَ ٱللّٰهُ مُحَمَّدًا ) أَوْ : ( صَلَّیٰ ٱللّٰهُ عَلَيْهِ ) وَإنْ عَادَ عَلیٰ مَذْكُوْرٍ، وَلَايُشْتَرَطُ لَفْظُ ( مُحَمَّدٍ ) 
٣ - ٱلْوَصِيَّةُ بِالتَّقْویٰ فِيْهِمَا : وَهِيَ إِمْتِثَالُ ٱلْأَوَامِرِ وَٱجْتِنَابُ ٱلنَّوَاهِي، فَلَا بُدَّ مِنَ ٱلْحِثِّ عَلیٰ ٱلطَّاعَةِ أَوِ ٱلزَّجْرِ عَنِ ٱلْمَعْصِيَةِ بِنَحْوِ : ( إِخْذَرُوْا عِقَابَ اللّٰهِ أَوِ ٱلنَّارِ )، وَلَا يَكْفِي ٱلتَّخْذِيْرُ مِنَ ٱلدُّنْيَا،
٤ - قِرَآءَةُ آيَةِ مِنَ ٱلْقُرْآنِ فِيْ إِحْدَاهُمَا : وَٱلْأَفْضَلُ أَنْ تَكُوْنَ فِيْ خُطْبَةِ ٱلْأُوْلیٰ لِتَتْعَادِلَ ٱلْخُطْبَتَانِ، وَشَرْطُ ٱلْأٓيَةِ : أَنْ تَكُوْنَ مُفْهِمَةً وَكَامِلَةً عِنْدَ إِبنِ حَجَرٍ، وَعِنْدَ آلرَّمْلِي : يَكْفِي وَلَوْ بَعْضُ آيَةٍ إِذَا كَانَتْ مُفْهِمَةً.
٥ - ٱلدُّعَآءُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ ٱلثَّانِيَةِ، : وَشَرْطُهُ : أَنْ يَكُوْنَ أُخْرَوِيًّا لَادُنْيَاوِيًّا، وَلَابَأْسَ بِتَخْصِيْصِهِ لِلسَّامِعِيْنَ، وَيُسَنُّ ٱلدُّعَآءُ لِوُلَاةِ ٱلْأَمْرِ.

🔰 RUKUN DUA KHUTBAH ADA LIMA :

1. Membaca hamdalah di kedua khutbah. Maka wajib mengucapkan lafadz " ٱلْحَمْدُ "atau lafadz yang tercetak darinya, dan tidak cukup dengan mengucapkan " ٱلشُّكْرُ لِلّٰهِ ".

2. Membaca sholawat untuk Baginda Nabi Muhammad ﷺ di kedua khutbah dengan bentuk sholawat apapun. Tidak cukup dengan mengucapkan " رَحِمَ ٱللّٰهُ مُحَمَّدًا " walaupun dhomirnya kembali ke lafadz yang telah diucapkan sebelumnya. Tidak disyaratkan harus lafafz " مُحَمَّدًا ".

3. Wasiat taqwa di kedua khutbah. Taqwa adalah mengikuti segala perintah dan menjauhi segala larangan. Maka bentuk wasiat harus mengandung dorongan untuk taat dan mencegah dari maksiat dengan mengucapkan sesama lafadz " إِخْذَرُوْا عِقَابَ اللّٰهِ أَوِٱلنَّارِ " Takutlah kalian kalian pada siksa Allah SWT atau neraka ". Tidak cukup dengan nakut-nakuti tentang urusan dunia.

4. Membaca ayat al-Qur'an di salah-satu khutbah. Yang utama adalah membaca ayat di khutbah yang pertama agar seimbang diantara dua khutbah. Syarat ayat yang dibaca menurut Imam Ibnu Hajar harus berupa ayat yang memahamkan dan minimal sempurna satu ayat, sedangkan menurut Imam Romli, cukup membaca sebagian ayat yang bisa memberi kefahaman.

5. Do'a untuk kaum mukminin pada khutbah kedua. Syarat do'a harus bernilai akhirat tidak cukup yang bernilai duniawi. Tidak masalah mengkhususkan do'a pada orang-orang yang mendengarkan saja. Sunnah berdo'a untuk para pemimpin.
Mekaten mugi manfaat dan mohon maaf bila terdapat khilaf.
Kami nuqil dari Kitab Fiqih " تقريرات ٱلسديدة " pada Bab Rukun dan Syarat Khutbah Jum'at pada halaman 331.

والله ٱلموفق إلی أقوم ٱلطريق،
ٱلفقير إلی رحمة الله،

Moch Turchan Amar,
Sidoarjo, 05 Robi'ul Awwal 1447 H/29 Agustus 2025 M.

٭٭٭ ❉ ❉ ❉٭٭٭



Kamis, 21 Agustus 2025

🍴APA BEDANYA MUQIM & MUSTAUTHIN 🍴


- ضَابِطُ ٱلْمُقِيْمِ : هُوَ ٱلَّذِيْ نَوَیٰ ٱلْإِقَامَةَ فِيْ بَلَدٍ أَرْبَعَةَ أَيَّامٍ فَأَكْثَرَ، غَيْرَ يَوْمَيِ ٱلدُّخُوْلِ وَٱلْخُرُوْجِ، وَفِيْ نِيَّتِهِ ٱلرُّجُوْعُ لِوَطَنِهِ وَلَوْ بَعْدَ زَمَنٍ طَوِيْلٍْ.

👉 Batasan Muqim : Orang yang niat menetap sementara di suatu daerah selama empat hari atau lebih tanpa menghitung hari saat datang dan keluar, dan mempunyai niat akan kembali ke tanah kelahirannya meskipun setelah waktu yang cukup lama.

- ضَابِطُ ٱلْمُسْتَوْطِيْنَ : هُوَ ٱلَّذِيْ لَايَطْعَنُ ( لَايُسَافِرُ ) صَيْفًا وَلَاشِتَآءً إِلَّالِحَاجَةٍ، فَتَجِبُ ٱلْجُمْعَةُ عَلیٰ ٱلْمُقِيْمِ وَٱلْمُسْتَوْطِنِ.

👉 Batasan orang yang menetap (mustauthin) : Orang yang menetap di suatu daerah dan tidak punya niat pergi dari tempat tersebut, baik dimusim kemarau atau dingin kecuali ada hajat atau keperluan. Sholat jum'at hukumnya wajib bagi Muqim dan Mustauthin.

وَتَجِبُ ٱلْجُمْعَةُ عَلَیٰ مَنْ سَمِعَ ٱلْأٰذَانَ ١) مِنْ طَرَفِ ٱلْقَرْيَةِ أَوِ ٱلْبَلْدَةِ مِمَّا يَلِی ٱلْبَلَدَ ٱلَّذِي تُقَامُ فِيْهِ ٱلْجُمْعَةُ، مَعَ سُكُوْنِ ٱلرِّيْحِ وَٱلصَّوْتِ.

📡Sholat jum'at wajib bagi orang muqim yang mendengar suara adzan dari daerah tempat tempat pelaksanaan sholat jum'at, jika menfengarnya dari pinggir desa atau daerah yang berada didekat daerah tempat pelaksanaan sholat jum'at beserta keadaan angin tenang dan tidak berisik.

أَقْسَامُ ٱلنَّاسِ فُيْ حُضُوْرِ ٱلْجُعَةِ : سِتَّةٌ :
١ - مَنْ تَجِبُ عَلَيْهِ وَتَصِحُّ مِنْهُ وَتَنْعَقِدُ بِهِ : ٱلْمُسْتَوْطِنُ مَعَ تَوَفُّرِ بَقِيَّةِ شُرُوْطِ ٱلْوُجُوْبِ.
٢ - مَنْ تَجِبُ عَلَيْهِ وَتَصِحُّ مِنْهُ وَلَا تَنْعَقِدُ بِهِ : ٱلْمُقِيْمُ مَعَ ٱلتَّوَفُّرِ بَقِيَّةِ شُرُوْطِ ٱلْوُجُوْبِ.
٣ - مَنْ تَجِبُ عَلَيْهِ وَلَاتَصِحُّ مِنْهُ وَلَا تَنْعَقِدُ بِهِ : ٱلْمُرْتَدُ.

💎 Pembagian orang dalam pelaksanaan sholat jum'at ada Enam :
1. Orang yang wajib, shah dan dapat mengesahkan sholat jum'at adalah Mustauthin yang telah memenuhi semua syarat wajib jum'atan.
2. Orang yang wajib dan shah melaksanakan sholat jum'at, namun tidak dapat mengesahkannya, yaitu orang muqim yang telah memenuhi syarat-syarat yang lain.
3. Orang yang wajib melaksanakan sholat jum'at, namun tidak shah dan tidak mengesahkannya, yaitu orang murtad.

٤ - مَنْ لَاتَجِبُ عَلَيْهِ وَتَصُحُّ مِنْهُ وَتَنْعَقِدُ بِهِ : ٱلْمَرِيْضُ ٱلْمُسْتَوْطِنِ وَمِثْلُهُ كُلَّ مَنْ بِهِ عُذْرٌ مِنْ أَعْذَارِ ٱلْجُمُعَةِ،
٥ - مَنْ لَاتَجِبُ عَلَيْهِ وَتَصِحُّ مِنْهُ وَلَاتَنْعَقِدُ بِهِ، ٱلْمُسَافِرُ وَٱلْعِبْدُ وَٱلصَّبِيُّ وَٱلتَّمْيِيْزُ وَٱلْمَرْأَةُ.
٦ - مَنْ لَاتَجِبُ عَلَيْهِ وَلَاتَصِحُّ مِنْهُ وَلَا تَنْعَقِدُ بِهِ : ٱلْكَافِرُ ٱلْأَصْلِيُّ وَٱلْمَجْنُوْنُ.

4. Orang yang tidak wajib melaksanakan sholat jum'at adalah orang mustauthin yang sdg sakit, begitu halnya yang mengalami udzur-udzur jum'at.
5. Orang yang tidak wajib melaksanakan sholat jum'at, namun shah dan tidak bisa mengesahkannya, yaitu musafir, budak, anak kecil yang sudah tamyiz dan wanita.
6. Orang yang tidak wajib, tidak shah dan tidak bisa mengesahkan sholat jum'at, yaitu orang kafir asli dan orang gila.
Mugi manfaat bila terdapat khilaf kami mohon maaf.
Kami nuqil dari kitab fiqih " تقريرات ٱلسديدة " tentang kreteria Muqim dan Mustauthin halaman 324-325

والله ٱلموفق إلیٓ أقوم ٱلطريق،
ٱلفقير إلی رحمة الله،

Moch Turchan Amar,
Sidoarjo, Jum'at legi 27 Shafar 1447 H/22 Agustus 2025 M

٭٭٭ ❉ ❉ ❉٭٭

Kamis, 14 Agustus 2025

⚓ BAB SHOLAT JUM'AT 💎


بَابُ صَلَاةُ ٱلْجُمْعَةِ : رَكْعَتَانِ تُؤَدِّيَانِ فِيْ ٱلْيَوْمِ ٱلْمَعْرُوْفِ فِيْ وَقْتِ ٱلظُّهْرِ، أَنّهَا صَلَاةٌ مُسْتَقِلَّةٌ وَلَيْسَتْ ظُهْرًا مَقْصُوْرَةً، وَلِهَذَا صَلَاةُ ٱلظُّهْرِ لَا تُغْنِي مَعَ إِمْكَانِ ٱلْْجُمْعَةِ إِذَا لَمْ يَضِقِّ ٱلْوَقْتِ.

💠 Sholat jum'at adalah sholat dua rokaat yang dilaksanakan pada hari yang sudah ditentukan di waktu Dhuhur. 

Menurut pendapat yang kuat (mu'tamad) sholat jum'at adalah sholat tersendiri bukan sholat Dhuhur yang diqashar, oleh karena itu tidak cukup melaksanakan sholat Dhuhur sebagai ganti sholat jum'at sepanjang waktunya belum sempit.

- فَضِيْلَتُهَا : هِيَ أَفْضَلُ ٱلصَّلَوَاتِ ٱلْمَفْرُوْضَاتِ، وَجَعَتُهَا أَفْضَلُ ٱلْجَمَاعَاتِ، وَهِيَ مِنْ خُصُوْصِيَاتِ هٰذِهِ ٱلْأُمَّةُ، وَفِيْ ٱلحَدِيْثِ : " ٱلصَّلَواتُ ٱلْخَمْسِ، وَٱلْجُمْعَةُ إِلیٰ ٱلْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إلیٰ رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا ٱجْتُنِبَتِ ٱلْكَبَائِرُ "، وَ " مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ ٱلْجُمْعَةِ وَٱغْتَسِلْ، وَبَكَّرَ وَإبْتَكَرْ، وَمَشیٰ وَلَمْ يَرْكَبْ، وَدَنَا مِنَ ٱلْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا ". 

💠 Keutamaan sholat jum'at.

Sholat jum'at adalah sholat fardlu yang paling utama, jama'ah sholat jum'at adalah jama'ah yang paling utama dan merupakan keistimewaan ummat Nabi Muhammad ﷺ. Dalam sebuah hadits telah disebutkan " ( Sholat lima waktu, sholat jum'at sampai sholat jum'at berikutnya, dan puasa Romadlon sampai puasa Romadlon berikutnya, bisa menghapus dosa-dosa diantara keduanya selama bisa menjauhi dosa-dosa besar )", ( Bagi siapa yang membasuh kepala dan mandi dihari jum'at serta berangkat pagi-pagi menuju sholat jum'at dengan jalan kaki tidak naik kendaraan dan mendekat pada Imam serta tidak main-main, maka setiap jangka ia mendapatkan pahala puasa dan bangun malam selama setahun)".

- سَنَةُ فَرْضِيَتِهَا : فُرِضَتْ بمَكَةَ لَيْلَةَ ٱلْإِسْرآءِ وَٱلْمِعْرَاجِ، وَأَوَّلُ مَنْ صَلَّاهَا أَسْعَدُ بْنُ زُرَارَةَ رَضِيَ ٱللّٰهُ عَنْهُ مَعَ مُصْعَبِ بْنِ عُمَيْرِ نَاحِيَةَ قُبَاءَ بِالْمَدِيْنَةِ ٱلْمُنَوَّرَةِ، وَلَمْ يُصَلِّهَا ٱلنَّبِيُّ ﷺ لِعَدَمِ تَمَكُّنِهِ مِنْهَا، لِكَوْنِ ٱلْمُسْلِميــــــْنَ مُسْتَخْفِيْنَ.

💎 Tahun di fardhukan sholat jum'at.

Sholat jum'at di fardlukan di Makkah pada malam Isro' dan Mi'roj. Orang yang pertama melaksanakan sholat jum'at adalah As'ad bin Zuroroh RA bersama Mus'ab bin Umair RA, dipelataran Masjid Quba' di Madinah al-Munawwaroh. Nabi Muhammad ﷺ tidak sempat melaksanakan Sholat jum'at di Makkah karena kondisi yang kurang mendukung karena Kaum Muslimin dikalah itu masih lemah.


💎 SYARAT WAJIBNYA JUM'ATAN ADA TUJUH 💎

- شُرُوْطْ وُجُوْبِ ٱلْجُمْعَةُ : سَــــبْعَةٌ :

- ١ - ٱلْإِسْلَامُ، فَلَا تجِبُ عَلیٰ ٱلْكَافِرِ ٱلْأَصْلِيِّ، وَتَجِبُ عَلیٰ ٱلْمُرتَدِ فَيَقْضِيْهَا ظُهْرًا إِذَا رَجَعَ إِلیٰ ٱلْإِسْلَامِ.

- ٢ - ٱلْبُلُوّغُ : فَلَاتَجِبُ عَلیٰ ٱلصَّبِيِّ وَتَصُحُ مِنْهُ إِذَا كَانَ مُمَيِّزًا.

- ٣ - ٱلْعَقْلُ : فَلَاتَجِبُ عَلیٰ ٱلْمَجْنُوْنِ، فَلَا تَصِحُّ مِنْهُ.

- ٤ - ٱلْحُرِّيَةُ، فَلَا تَجِبُ عَلیٰ ٱلعَبْدِ وَلَوْ مُبَعَّضًا اَوْ مُكَاتَباً، وَتَصِحُّ مِنْهُمْ. 

1. Islam, maka tidak wajib bagi orang kafir asli. Sedangkan bagi orang murtad hukumnya wajib, sehingga wajib mengqadla' sholat dhuhur ketika sudah kembali lagi masuk islam.

2. Baligh, maka tidak wajib bagi bocah yang yang belum baligh?namun shah hukumnya sholat jum'at yang ia lakukan jika sudah tamyiz.

3. Berakal, maka tidak wajib dan tidak shah sholat jum'atannya orang gila.

4. Merdeka, maka tidak wajib bagi budak meskipun budak mub'ad dan mukatab, namun shah jika melaksanakannya.

٥ - ٱلذُّكُوْرُ، فَلَاتَجِبُ عَلیٰ ٱلْمَرُأَةِ وَلَاعَلیٰ ٱلْحُنْثیٰ، وَتَصِحُّ مِنْهُمَا.

٦ - ٱلصِّحَّةُ، فَلَاتَجِبُ عَلیٰ ٱلْمَرِيضِ ٱلَّذِيْ يَسُقُّ عَلَيْهِ ٱلْحُضُوْرُ كَمُشَقَّةِ ٱلْمَشْيِ فِيْ ٱلْمَطَرِ، فَإذَا حَضَرَ بَعْدَ ٱلزَّوَالِ فَلَايَجُوْزُ لَهُ ٱلْإِنْصِرَافِ، إِلَّا إِذَا شَقَّ عَلَيْهِ ٱلْإِنْتِظَارُ مُشَقَّةً شَدِيْدَةً لَاتُحْتَمَلْ.

٧ - ٱلْإِقَامَةُ، فَلَاتَجِبُ عَلیٰ ٱلْمُسَافِرِ، وَتَجِبُ عَلیٰ ٱلْمُسْتَوْطِنِ مِنْ بَابِ أَوْلیٰ.

6. Sehat, maka tidak wajib bagi orang sakit yang berat jika harus menghadiri sholat jum'at sebagaimana beratnya berjalan saat turun hujan. Jika terlanjur hadir di tempat sholat jum'at setelah tergelincirnya Matahari ( masuk waktu ), maka tidak diperbolehkan pulang kecuali mengalami kesulitan yang berat dan sulit ditahan jika harus menanti hingga selesai pelaksanaan sholat.

7. Muqim, terlebih jika menetap ( mustauthin ), maka tidak wajib bagi Musafir.

Mugi manfaat mohon maaf bila terdapat khilaf.

Kami nuqil dari kitab Fiqih " تقريرات ٱلسديدة " pada Bab Sholat Jum'at halaman 323-324.

والله الموفق إلی أقوم الطريق،

ألفقيرإلیٰ رحمة الله تعالیٰ،

Moch Turchan Amar,

Sidoarjo, 20 Shafar 1447H / 15 Agustus 2025 M.

٭٭٭ ❉ ❉ ❉٭٭٭


Link Youtube https://www.youtube.com/watch?v=wsZHpgm79sw

Kamis, 07 Agustus 2025

⏰ PERMASALAHAN TENTANG JAMA' TAQDIM ⚡

مَسَائِلُ فِيْ جَمْعِ تَقْدِيْمٍ :
١ - ٱحْرَمَ بِالأُوْلیٰ وَلَمْ يَكُنْ مُسَافِرًا، ثُمَّ سَافَرَ فِيْ أَثْنَآئِهَا، فَهَلْ يَجُوْزُ لَهُ ٱلْجَمْعُ؟ 
نَعَمْ، يَجُوْزُلَهُ ٱلْجَمْعُ، فَلاَ يُسْتَرَطُ وُجُوْدُ ٱلسَّفَرِ ( وَمِثْلُهُ أَيُّ عُذْرٍ ) عِنْدَ ٱلْإِحْرَامِ بِالصَّلَاةِ ٱلْأُولیٰ، بَلْ يُسْتَرَطُ وُجُوْدُهُ خ
حِيْنَ نِيَّةِ ٱلْجَمْعِ، وَيُتَصَوَّرُ ذَلِكَ فِيْ ٱلسَّفِيْنَةِ أَوِٱلقِطَارِ أَوْنَحْوِهِمَا.

1. Ketika Takbir sholat yang pertama belum berstatus musafir, kemudian dipertengahan sholat sudah berststus musafir, apakah boleh baginys menjama' sholat?
Jawabnya boleh melalukan jama', karena perjalanan atau udzur-udzur yang lain tidak disyaratkan harus wujud saat takbir sholat yang pertama, namun yang disyatatkan adalah udzur-udzur tersebut wujud saat niat jama'. Hal semacam ini terjadi pada pengendara perahu, kereta atau sejenisnya.

٢ - نَویٰ جَمْعَ التَّقْدِيمِ فِيْ ٱلصَّلَاةِ ٱلْأُوْلیٰ، ثُمَّ بَعْدَ ٱلصَّلَاةِ - لَمْ يُرِدْ ٱلجَمْعِ، فَلاَ شَيْئَ عَلَيْهِ، فَيُصَلِّی ٱلثَّانِيَةِ فِيْ وَقْتِهَا.

2. Jika niat melaksanakan jama' taqdim saat sholat yang pertama, kemudian setelah sholat ia berubah niat dan tidak ingin melakukan jama', maka tidak dipermasalahkan dan diperbolehkan untuk melaksankan sholat kedua pada waktunya.

٣ - صَلّیٰ ٱلظُّهْرَ وَٱلْعَصْرَ، أَوِٱلْمَغْرِبَ وَٱلْعِشَآءَ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ، ثُمَّ أَقَامَ فِيْ أَثْنَآءِ وَقْتِ ٱلْأُوْلیٰ قَبْلَ دُخُوْلِ وَقْتِ ٱلثَّانِيَّةِ، فَلَايَجِبُ إِعَادَةُ الصَّلَاَةِ ٱلثَّانِيَةِ فِيْ وَقْتِهَا.

3. Jika sudah melakukan jama' taqdim dhuhur dan ashar, maghrib dan isya', kemudian ia muqim dipertengahan waktu sholat yang pertama dan sebelum masuk waktu sholat yang kedua, maka tidak wajib mengulangi sholat yang kedua pada waktunya.

شُرُوْطُ جَمْعِ تَأْخِيْرِ : إِثْنَانِ :
١ - نِيَّةُ ٱلتَّأْخِيْرِ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ وَقْتِ ٱلْأُوْلیٰ مَايَسَعُهَا، أَيْ : يَدْخُلُ وَقْتُ نِيَّةِ ٱلتَّأْخُيْرِ بِدُخُوْلِ وَقْتِ ٱلصَّلاَةِ وَيَنْتَهیٰ إِلیٰ أَنْ يَبْقیٰ مِنْ وَقْتِهَا مَايَسَعُ ٱلصِّلَاةَ عِنْدَ ٱلرَّمْلِيِّ، وَعِنْدَ إِبْنِ حَجَرٍ : يَسْتَمِرُّ وَقْتُهَا إِلیٰ أنْ يَبْقیٰ قِدْرُ رَكْعَةٍ.

💎 Syarat Jama' Ta'khir ada dua :
1. Niat jama' ta'khir saat waktu sholat yang pertama masih muat untuk digunakan melaksanakan sholat pertama. Maksudnya, masuknya waktu niat jama' ta'khir bersamaan dengan masuknya waktu sholat pertama sampai sisa waktu yang cukup digunakan melaksanakan sholat pertama, pendapat ini menurut ar-Ramli. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, sampai sisa waktu yang cukup untuk satu rokaat.

٢ - دَوَامُ ٱلْعُذْرِ إِلیٰ تَمَامِ ٱلصَّلَاةِ ٱلثَّانِيَةِ، أَيْ : نِيَّتِهَا، فَلَوْ أَقَامَ فِيْ أَثْنَآئِهَا أَوْقَبْلَهَا صَارَتْ أَدَاءًا 
وَالصَّلَاةُ ٱلْأُوْلیٰ قَضَآءً بِدُوْنِ إِثْمٍ وَلَاكَرَاهَةٍ.

2. Udzur masih wujud hingga selesai melaksanakan sholat kedua. Jika muqim di pertengahan sholat kedua atau sebelumnya, maka sholat kedua statusnya Ada' sedangkan sholat pertama adalah qadla', namun tidak berdosa dan tidak makruh.
Mugi manfaat mohon maaf bila terdapat khilaf.
Kami nuqil dari kitab Fiqih " تقريرات ٱلسديدة " pada Bab Sholat Jama' halaman 320-321
والله الموفق إلی أقوم الطريق،
ألفقير إلی رحمة الله،
Moch Turchan Amar,
Sda, 14 Shafar 1447 H/08 Agustus 2025 M.

٭٭٭ ❉ ❉ ❉٭

Kamis, 31 Juli 2025

🌾 SYARAT JAMA' TAQDIM 🌾


✯ شُرُوْطُ جَمْعِ تَقْدِيْمِ : سَبْعَةٌ.
١ - ٱلْبَدَاءَةُ بِالْأُوْلٰی، أَيْ : ٱلتَرْتِيْبُ، فَيَبْدَأُ بِالصَّلَاةِ ٱلْأِوْلیٰ ( ٱلظُّهْرِ أَوِٱلْعَصْرِ ).
٢ - نِيَّةُ ٱلْجَمْعِ فِيْهَا، أَيْ : يَنْوِيْ جَمْعَ ٱلتَّقْدِيْمِ فِيْ أَثْنَآءِ ٱلصَّلَاةِ ٱلْأُوْلیٰ وَلَوْ مَعَ ٱلسَّلاَمِ، فَيَجُوْزُ فِيْ أَثْنَآءِ ٱلصَّلَاةِ كُلِّهَا، وَلَا يُسْتَرَطُ أَنْ تَكُوْنَ أَثْنَآءَ تَكْبِيْرَةِ ٱلْإِحْرَامِ فَقَطْ وَلَكِنْ ٱلْأَفْضَلُ أَنْ تَكُوْنَ أَثْنآءَهَا.

٣ - بَقَآءُ وَقْتِ ٱلْأُوْلیٰ، أَيْ : لَايَجُوْزُ جَمْعُ لَهُ ٱلْجَمْعُ إِلَّا إِذَا بَقيَ زَمَنٌ مِنْ وَقْتِ ٱلصَّلَاةِ ٱلْأُوْلیٰ يُمْكِنُهُ أَدَاءُ ٱلصَّلَاتَيْنِ.

۞ Syarat Jama' Taqdim ada Tujuh :
1. Memulai jama' dengan sholat yang pertama, yaitu tertib dengan melakukan sholat dhuhur atau msghrib dulu.
2. Niat jama' saat sholat yang pertama, yaitu niat jama' taqdim saat sholat yang pertama meskipun saat salam. Sehingga niat boleh dilakukan di tengah-tengah sholat yang pertama, tidak di syaratkan harus saat takbirotul ihrom saja, namun yang utama dilakukan saat takitotul ihrom.
3. Waktu sholat pertama belum habis. Tidak diperbolehkan melaksanakan jama' taqdim, kecuali kedua sholat yang dijama' bisa dilaksanakan sebelum waktu sholat yang pertama habis.

٤ - ٱلْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا، أَيْ لَايَطُوْلُ ٱلْفَصْلُ بَيْنَ ٱلصَّلَاتَيْنِ، فَإِنْ طَالَ ٱلْفَصْلُ عُرْفًا - وَبَعْضُهُمْ قَدَّرَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ - لَمْ يَجُزِ ٱلْجَمْعِ.
٥ - ظَنُّ صِحَّةِ ٱلْأُوْلیٰ، فَلَا يَجُوْزُ ٱلْجَمْعُ مَعَ بُطْلَانِ ٱلصَّلَاةِ ٱلْأُوْلیٰ.
٦ - دَوَامُ ٱلْعُذْرِ إِلیٰ تَمَامِ الْإِحْرَامِ بِالثَّانِيَةِ، أَيْ : يَسْتَمِرُّ سَفْرُهُ ( عُذْرُهُ )إِلیٰ نِهَايِةِ تَكْبِيْرَةِ ٱلْإِحْرَامِ لِلصَّلَاةِ الثَّانِيَةِ، فَلَوْ إنْقَطَعَ سَفْرُهُ قَبْلَ ذَلِكَ فَلَا يَجُوْزُ لَهُ الْجَمْعُ، بَلْ يُصَلِّي ٱلثَّانِيَةَ فِيْ وَقْتِهَا.
٧ - ٱلْعِلْمُ بِجَوَازِ ٱلْجَمْعِ : بِأَنْ تَتَوَفَّرَ بَقِيَّةُ ٱلشُّرُوْطِ، وَذَلِكَ بِأَنْ يَكُوْنَ سَفْرُهُ طَوِيْلًا مُبَاحًا، وَأَنْ يَخْرُجَ مِنَ ٱلْبَلَدِ، ( بِتَجَاوُزِ ٱلسُّوْرِ أَوِٱلْعُمْرَانِ ).

4. Terus-menerus diantara kedua sholat, yaitu tidak ada pemisah yang lama secara urf. diantara keduanya. Jika terpisa secara urf, tidak diperbolehkan jama' taqdim. Sebagian ulama' memperkirakan pemisah yang lama dengan masa yang cukup untuk melaksanakan dua rokaat yang minimal.
5. Mempunyai dugaan bahwa sholat yang pertama shah. Maka tidak diperkenankan jama' taqdim jika sholat yang pertama tidak shah. 
6. Dalam keadaan udzur (bepergian) hingga selesai melaksanakan takbiratul ihram sholat yang kedua. Maksudnya ia masih berstatus musafir hingga sempurna melaksanakan takbirotul ihrom sholat yang kedua. Jika perjalanannya selesai atau terputus sebelum itu, maka tidak boleh melakukan jama', bahkan harus melaksanakan sholat kedua pada waktunya sendiri.
7. Mengetahui bahwa boleh melakukan sholat jama' dengan memenuhi syarat-syaratnya, yaitu perjalannya menempuh jarak jauh dan hukumnya tidak haram, serta sudah keluar dari desa dengan melewati batas desa atau keramaian.

كَمَا قَالَ صَاحِبُ " صَفْوَةُ الزُّبَدِ ) :
وَشَرْطُهُ : ٱلنِّيَةُ فِيْ الْأُوْلیٰ، وَمَا # رَتِّبْ، وَالْوِلَا، وَإِنْ يَتَمَمَّا.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh penyusun sofwatu az-Zubad :
" Syarat jama' taqdim adalah niat di shalat yang pertama, tertib, terus-menerus meskipun dengan melakukan tayammum. "
Semoga manfaat, dan mohon maaf bila terdapat kesalahan.
Kami nuqil dari kitab kuning Fiqih " ٱلتقريرات السديدة "
Bab jama' sholat halaman 319-320

والله الموفق إلی أقوم الطريق،
ٱلفقير إلی رحمة الله،
Moch Turchan Amar,
Sidoarjo, 06 Shafar 1447 H/01 Agustus 2025 M.
 ❉ ❉

Kamis, 24 Juli 2025

💫 BAB TENTANG QASHAR SHALAT 💫


" فَصْلٌ " : فِيْ قَصْرِ ٱلصَّلَاةِ وَجَمْعِهَا.
وَيَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ أي ٱلْمُتَلَبِّسُ بِالسَّفَرِ قَصْرَ ٱلصَّلَاةِ ٱلرُّبَاعِيَّةِ لَاغَيْرَهَا مِنْ ثَنَائِيَّةِ وَثُلَاثِيَّةِ، وَجَوَازِ قَصْرِ ٱلرُّبَاعِيِّةِ " بِخَمْسِ شَرَائِطِ :
( Fashal) Tentang Qashar Shalat dan cara Jama'nya.
Diperbolehkan bagi seorang Musafir selama diperjalanannya untuk meringkas sholatnya yang tergolong Empat Raka'at dengan Lima syarat :

ٱلْأَوَّلُ : ( أَنْ يَكُوّنَ سَفْرُهُ ) أَيْ ٱلشَّخْصُ ( فِيْ غَيْرِ مَعْصِيَّةٍ ) هُوَ شَامِلُ لِلْوَاجِبِ كَقَضَآءِ ٱلدَّيْنِ، وَلِلْمَنْدُوْبِ كَصِلَةِ ٱلرَّحْمِ، وَلِلْمُبَاحِ كَسَفَرِ تِجَارَةِ. أَمَّا سَفَرُ ٱلْمَعْصِيَةِ كَالسَّفَرِ لِقَطْعِ ٱلطَّرِيْقِ فَلَا يَتَرَخَّصُ فِيْهِ بِقَصْرٍ وَلَاجَمْعٍ.

👉 Pertama : Dalam perjalannya tidak ada tujuan untuk maksiat, contoh wajib semisal mau membayar hutang, contoh Sunnah semisal mau Sillatur-rahim, contoh Mubah semisal mau menjalankan barang dagangan.
Contoh bepergian yang tergolong maksiat seperti mau merampas barang dagangan orang lain, hal demikian tidak diperbolehkan untuk QASHAR dan JAMA' sholat.

وَ ٱلثَّانِي : (أَنْ تَكُوْنَ مُسَافَتُهُ ) أيّ ٱلسَّفَرُ ( سِتَّةُ عَشَرَ فَرْسَخًا ) تَجْدِيْدًا فِيْ ٱلْأَصَحِّ. وَلَاتَحْسَبُ مُدَّةَ ٱلرُّجُوْعِ مِنْهَا. وَالْفَرْسَخُ ثَلَاثَةُ أَمْيَالٍ، وَحِيْنَئُذٍ فَمَجْمُوْعُ ٱلْفَرَاسِخِ ثَمَانِيَّةٌ وَأَرْبَعُوْنَ مَيْلًا، وَٱلْمَيْلُ أَرْبَعَةُ آلَافِ خَطْوَةٍ، وَٱلْخَطْوَةُثَلَاثَةُ أَقْدَامٍ، وَٱلْمُرَادُبِالْأَمَيَالِ ٱلْهَاشِمِيَّةِ. 

👉 Kedua : Jarak tempuh yang dituju oleh seorang Musafir tidak kurang dari Enam Belas Farsakh menurut pendapat ulama' fiqih dalam Qaul yang Shah, hal demikian tidak terhitung perjalanan PP :
- ukuran Satu Farsakh = Tiga Mil.
- Dapat dikomulatifkan 16 Farsakh = 40 mil,
- Satu mil = 4.000 langkah.
- Satu langkah = 3 telapak kaki.
Hal dimaksud menurut ukuran Mil Hasyimiyah.
Versi lain :
- Ahmad Husain AlMisri 94,500 Km.
- Al-Makmun 89.999,992 m.
- Kitab Tanwirul Qulub 86 Km.
- Hanafiyah 96 Km,
- Mayoritas Ulama' 199.999,88 M.
- Kitab Fathul Islam 88,74 Km.

وَ ٱلثَّالِثُ : (أَنْ يَكُوْنَ ) ٱلْقَاصِرُ ( مُؤَدِّيًا لِلصَّلَاةِ ٱلرُّبَاعِيَّةِ ) أَمَّاٱلْفَائِتَةُ حَضْرًا فَلَا تَقْضِی فِيْهِ مَقْصُوْرَةٌ، وَٱلْفَائِتَةُ فِيْ ٱلسَّفَرِ تَقْضِی فِيْهِ مَقْصُوْرَةٌ لَافِيْ ٱلْحَضَرِ.

👉 Yang ke Tiga : Diperbolehkan bagi Musafir untuk mengqashar sholat yang tergolong Empat Rakaat sekalipun mendadak, dan sama sekali tidak diperkenankan bagi Muqimin untuk menqashar sholat apalagi dalam posisi mendadak.

وٱلرَّابِعُ : (أَنْ يَنْوِي ) ٱلْمُسَافِرُ (ٱلْقَصْرُ ) لِلْصَّلَاةِ ( مَعَ ٱلْإِحْرَامِ ) بِهَا.

👉 Yang Keempat : Seorang Musafir hendaklah mengedepankan niat Qashar disaat Takbirotul Ihram.

وَ ٱلْخَامِسُ : ( أَنْ لَايَأْتَمَّ ) فِيْ جُزْءٍ مِنْ صَلَاتِهِ (بِمُقِيْمٍ ) أَيْ بِمَنْ يُصَلِّيْ صَلَاةً تَامَّةً لِيُشْمِلِ 
ٱلْمُسَافِرِ ٱلْمُتِمِّ.

👉 Yang ke Lima : Tidak diperkenan seorang Musafir untuk mengikuti Jama' Qashar kepada seorang Muqimin sepanjang jata sholat qasharnya masih mencukupi.
Mugi manfaat mohon maaf bila terdapat khilaf.
Kami nuqil dari Kitab 

" فَتْحُ ٱلْقَرِيْبِ ٱلْمُجِيْبِ " فِيْ شَرْحِ ٱلْفَاظِ ٱلتَّقْرْيْبِ لِأٰبِيْ عَبْدِ اللّٰهِ شَمْسِ الدين بن قَاسم بن محمد الغزي
Pada Bab Shalat Safar halaman 48-49

الموفق إلی أقوم الطريق،
الفقير إلی رحمة الله،

Moch Turchan Amar, 
Sda, 21 Muharram 1447 H/17 Juli 2025 M.

💠 MENJAMA' DUA SHOLAT 💠


ٱلْجَمْعُ بَيْنَ ٱلصَّلَاتَيْنِ.
أَسْبَابُ ٱلْجَمْعِ : ثَلَاثَةٌ :
١ - ٱلسَّفَرُ : تَقْدِيْمًا وَتَأْخِيْرًا.
٢ - ٱلْمَطَرُ تَقْدِيْمًا فَقَطْ.
٣ - ٱلْمَرَضُ : تَقْدِيْمًا وَتَأْخِيْرًا.
Sebab-sebab diperbolehkan jama' sholat ada Tiga :
1. Sebab bepergian, baik jama' taqdim atau Jama' ta'khir.
2. Sebab hujan, hanya diperbolehkan jama' taqdim.
3. Sebab sakit, baik jama' taqdim atau jama' ta'khir.

 ❉ مَسَائِلُ فِيْ ٱلْجَمْعِ : 
(١) ٱيُّهَا أَفْضَلُ : ٱلْجَمْعُ أَمْ تَرَكُهُ ؟
ٱلْأَفْضَلُ تَرْكُ ٱلْجَمْعِ خُرُوْجًا مِنْ خِلَافِ مَنْ لَمْ يُجِزِ ٱلْجَمْعَ : كَالْإِمَامِ أَبِيْ حَنِيْفَةَ، إِلَّا فِيْ أَرْبَعَةِ حَالَاتٍ فَالْجَمْعُ أَفْضَلُ ١- وَهِيَ : 
١ - فِيْ ٱلْحَجِّ فِيْ يَوْمِ عَرَفَةَ فَيَجْمَعُ ٱلظُّهْرَ مَعَ ٱلْعَصْرِ تَقْدِيْمًا، وَفِيْ مُزْدَلِفَةِ فَيَجْمَعُ ٱلْمَغْرِبَ مَعَ ٱلْعِشَآءِ تَأْخِيْرًا.
٢ - وَلِمَنْ شَكَّ فِيْ دَلِيْلِ جَوَازِ ٱلْجَمْعِ. 
٣ - وَلِمَنْ وَجَدَ فِيْ نَفْسِهِ كَرَهِيَةَ ٱلْجَمْعِ.
٤ - وَإِذَا كَانَ مِمَّنْ يُقْتَدیٰ بِهِ فِيْ حَضْرَةِ ٱلنَّاسِ.
 ❉ Permasalahan-permasalahan tentang Jama' :
(1). Mana yang lebih utama, melakukan Jama' atau tidak?
Jawabannya : Yang lebih utama adalah tidak melakukan jama' karena menghindari perselisihan ulama' yang tidak memperbolehkan jama' seperti Imam Abu Hanifah, kecuali dalam Empat keadaan yang hukum melakukan jama' lebih utama dari pada tidak, yaitu :
a. Saat haji di hari Arafah dengan melakukan Jama' Taqdim Dhuhur dan Ashar, dan di Muzdalifah dengan melakukan jama' Ta'khir Maghrib dan Isya'.
b. Bagi yang masih meragukan tentang dalil diperbolehkan jama'.
c. Bagi orang yang di hatinya tersimpan rasa tidak suka melakukan jama'.
d. Jika ia merupakan tokoh dan melaksanakan jama' didepan banyak orang.

(٢). إِذَا كَانَ مُسَافِرًا فَأَيُّهُمَا أَفْضَلُ : جَمْعُ ٱلتَّقْدِيْمِ أوْ جَمْعُ ٱلتَّأْخِيْرِ؟ فِيْهِ تَفْصِيْلُ : 
١ - إِذَا كَانَ سَائِرًا فِيْ وَقْتِ ٱلْأُوْلیٰ وَنَازِلًا فيْ وَقْتِ ٱلثَّانِيْ : فَجَمْعُ ٱلتَّأْخِيْرِ أَفْضَلُ.
٢ - إِذَا كَانَ نَازِلًا فِيْ ٱلْوَقْتِ ٱلْأُوْلٰی وَسآئِرًا فِيْ وَقْتِ ٱلثَّانِيْ : فَجَمْعُ تَقْدِيْمِ أَفْضَلُ بِالْإِتِّفَاقِ.
٣ - إِذَا كَانَ نَازِلًا فِيْ وَقْتِهِمَا : فَفِيْهِ خِلَافٌ :
عِنْدَ إِبْنِ حَجَرٍ : جَمْعُ تَقْدِيْمِ أَفْضَلُ، لِأَنَّ فِيْهِ بَرَأَةً لِلذِّمَّةِ، وَعِنْدَ الرَّمْلِيِّ : جَمْعُ ٱلتَّأْخِيْرِ أَفْضَلُ لِأَنَّ وَقْتَ ٱلثَّانِيَةِ وَقْتٌ لِلْأُوْلیٰ.
2. Jika menjadi Musafir, yang lebih utama apakah melakukan jama' taqdim atau jama' ta'khir?
Jawabannya : ada Tiga :
a. Jika di waktu yang pertama melakukan perjalanan dan berhenti di waktu yang kedua, ulama' sepakat bahwa yang lebih utama adalah jama' ta'khir.
b. Jika berhenti di waktu yang awal dan berjalan di waktu kedua, maka jama' taqdim lebih utama menurut mufakat para ulama'.
c. Jika terjadi dua transit pertama dan kedua, maka terjadi dua pendapat : Menurut Imam Ibnu Hajar Jama' taqdim lebih utama, karena terbebas dari tanggungan. Sedangkan menurut Imam Ramli, yang lebih utama adalah jama' Ta'khir, karena waktu sholat kedua juga merupakan waktu bagi sholat yang pertama.
Mekaten mugi manfaat, ngapunten menawi wonten khilafipun.
Kami nuqil dari kitab Fiqih " تقريرات ٱلسديدة " masih Bab Jama' Dua Shalat, halaman 318-319

والله الموفق إلی أقوم اطريق،
ٱلفقير إلی رحمة الله،

Moch Turchan Amar,
Sidoarjo,  29 Muharram 1447 H/25 Juli 2025 M.

٭٭ ✿ ✿ ✿٭٭٭