Sabtu, 26 Januari 2019

Hasil Tugas Akhir Kuliah/Sekripsi Jadi Lahan Pekerjaan

Pernahkan Anda melihat jam digital dan penunjuk waktu sholat digital di masjid? Pernahkan Anda melihat pigura gambar masjid di rumah-rumah dihiasi jam digital dari LED? Kalau belum, datang saja ke masjid Unitomo atau masjid terdekat di kota Anda. :D

Baik, saya akan ceritakan sedikit tentang sejarah produk jam digital dan jadwal sholat tersebut dan siapa orang di balik produk tersebut.

Produk tersebut awalnya merupakan tugas akhir seorang mahasiswa MIPA Fisika ITS dengan judul "Perancangan dan Pembuatan Alat Pertanda Awal Waktu Sholat dengan suara adzan", pada tahun 2000.

Ide dasarnya adalah bagaimana membuat jadwal sholat lima waktu yang mengikuti waktu pergeseran matahari dan memperdengarkan adzan saat telah masuk waktu sholat.

Saat itu belum ada aplikasi jadwal sholat dan adzan seperti di gawai android sekarang. Jadi masih menggunakan pemrograman assembly, mikrokontroler dan memory yang ukurannya terbatas.

Hebatnya lagi, proposal penelitian tersebut mendapatkan pendanaan dari pemerintah (Dikti) dan telah dipatenkan pada tahun 2001.

Setelah si mahasiswa lulus, dia mendirikan perusahaan bernama MauQuta yang artinya, waktu yang telah ditentukan. Diambil dari surat An-nisa ayat 103, Sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman".

Si mahasiswa tersebut saat ini telah menjelma menjadi pengusaha sukses dari mengembangkan produk tugas akhirnya. Bahkan perusahaannya telah berkali-kali mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Tahun 2017 lalu, PT MauQuta Abadia mendapatkan penghargaan Paramakarya sebagai perusahaan menengah yang berhasil meningkatkan produktivitasnya.

Mahasiswa tersebut adalah Mas Lukman Bawafi . Saya mengenal beliau dari Bapak M. Sujatmiko (alm) yang kebetulan istri beliau Bu Endang (alm) adalah dosen di MIPA Fisika ITS.

Seingat saya, Mas Lukman BaBawafi sempat menjadi dosen LB di Teknik Informatika Unitomo juga. Namun saya lupa beliau mengajar apa dan tahun berapa. Kalau tidak salah, mengajar Fisika di sekitar tahun 2003-2004.

Kisah ini merupakan contoh ideal yang diharapkan pemerintah saat ini, bagaimana kampus bisa menghasilkan SDM terdidik dan mandiri. Seorang sarjana, dengan pengetahuan dan keterampilannya bisa kreatif dan inovatif mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Kisah ini juga bisa menjadi pelajaran bagi saya sebagai orang kampus, bagaimana menyusun kurikulum dan modul pembelajaran yang mampu menghasilkan sarjana yang kompeten, kreatif, inovatif dan mandiri.

Hallo Sarjana Teknik, apa kabar kalian?

Gambar diambil dari:
http://jadwal-sholat-digital.blogspot.com

Tulisan ini di ambil dari laman FB berikut

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10156904060342381&id=703827380