Kamis, 11 September 2014

EMPAT PILAR AKHLAK


1. Sabar
Sifat sabar akan membantu seseorang menjadi sosok yang tahan banting, mampu menahan amarah, tidak merugikan orang lain, lemah lembut, santun dan tidaktergesa-gesa dalam melakukan sesuatu.

2. Ifah
Sifat ifah yaitu menjaga kesucian diri, akan melindungi seseorang dari tergelincir kedalam perkataan maupun tindakan dapat menjatuhkan martabatnya. Selain itu sifat ini akan selalu mendorongnya untuk selalu lekat pada rasa malu yang merupakan kunci segala kebaikan. Tidak hanya itu, dia juga akan terhindar dari perbuatan keji, kikir, dusta, menggunjing, dan mengadu domba.

3. Berani
Sifat berani akan menguatkan mental seseorang dalam menjaga diri dan menegakkan kemuliaan akhlak, serta membuatnya suka membantu sesama. Dengan kepribadian ini, dia tidak akan ragu untuk berinfaq dan berpisah dengan harta yang dicintainya. Sifat ini juga akan membantunya dalam mengendalikan emosi dan bersikap santun. Dengan keberanian seseorang dapat menggemgam erat ketegasan jiwanya dan mengekangnya dengan tali baja yang tidak mudah putus.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ إِنّمَا الشَّدِيدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.))
“Orang kuat bukanlah orang yang menang dalam bergulat. Akan tetapi orang kuat adalah yang dapat menguasai dirinya ketika marah.” (Muttafaq ‘Alaihi)

Dengan demikian, hakikat keberanian dan kekuatan seseorang adalah kemampuan diri sendiri dalam melawan musuh besarnya, hawa nafsu

4. Adil
Sifat adil mengasah seseorang untuk terus meluruskan perangainya, serta menajamkan intuisinya dalam memilah antara sikap berlebihan dan sikap menggampangkan. Sifat adilakan mendorongnya untuk bersikap dermawan dan murah hati secara proporsional, yaitu pertengahan antara kikir dan boros. Selain itu, sifat ini akan menjaga sifat berani agar tetap dalam koridornya, yaitu pertengahan antara pengecut dan nekat. Adil juga akan melahirkan sifat santun yang tepat, yaitu pertengahan antara pemarah dan minder.

Demikian pula akhlak tercela, ia dibangun di atas empat pilar utama: bodoh, zhalim, memperturutkan hawa nafsu, dan mudah marah. Berikut penjelasannya.

1. Bodoh
Sifat bodoh akan membalikkan cara pandang penyandangnya atas sesuatu. Apa yang sebenarnya baik akan terlihat buruk olehnya, dan apa yang sebenarnya buruk akan terlihat baik olehnya. Karena kebodohan suatu aib atau cela akan dianggap sebagai sesuatu yang sempurna. Selain itu kebodohan akan membutakan seseorang sehingga tidak bisa melihat aib dan realitas yang sebenarnya.

2. Zholim
Sifat zholim akan menjerumuskan seseorang untuk selalu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya: bersikap pada waktu dan tempat yang salah. Dia mengambil sikap marah pada saat seharusnya bersikap ridho dan pasrah. Dia bersikap tergesa-gesa pada situasi yang seharusnya lebih berhati-hati dan waspada. Dia bersikap kikir pada keadaan seharusnya pintu hatinya terketuk dan rela berderma. Dia juga akan nekad mengambil resiko berbahaya pada kondisi semestinya lebih bisa menahan diri. Jadi orang itu akan selalu mengambil sikap yang keliru dalam berbagi sesuatu.
Lebih dari itu sifat zholim dapat menjerumuskan seseorang untuk bersikap terlalu lunak sehingga mudah dikuasai orang lain padahal seharusnya dia bersikap berani dan pantang menyerah. Atau sebaliknya menjadi begitu keras hati pada saat seharusnya dia berlemah lembut.

Pada konteks yang lain sifat zholim bisa membuat seseorang merendahkan diri sendiri pada kondisi seharusnya dimanfaatkan untuk menunjukkan keagungan dan kemuliaan pribadi. Atau sebaliknya dia justru memperlihatkan kecongkakan pada situasi yang semestinya merendahkan hati.

3. Memperturutkan hawa nafsu
Sifa suka memperturutkan hawa nafsu akan memunculkan hasrat untuk memilki sesuatu secara berlebihan, kikir, tidak mampu menjaga kesucian dan harga diri, tidak dapat menguasai diri, hanyut oleh hawa nafsu, tamak, serta mencampakkan diri sendiri ke jurang kehinaan.

4. Marah
Sifat mudah murah akan mendorong seseorang untuk bersikap congkak, suka mendengki, mudah menyulut api permusuhan dan persengketaan, serta gampang bertindak tanpa perhitungan yang matang.

Keempat pilar sifat tercela di atas akan melahirkan tabiat-tabiat yang tidak terpuji. Apabila diamati lebih mendalam, keempat pilar sifat tercela tersebut lahir pada diri seseorang karena ia membiarkan jiwanya berada dalam kelemahan yang ekstrem. Atau sebaliknya membiarkan jiwa itu larut dalam nafsu yang keterlaluan dan bersikap secara keterlaluan dan bersikap secara berlebihan.

Apabila sesorang memiliki dua sifat saja dari empat sfat tercela tadi, maka dapat dipastikan dia akan memiliki tabiat yang sangat keji. Apabila berkuasa orang itu akan menjadi sosok penguasa yang zholim, keras, dan otoriter. Sebaliknya saat dikuasai orang lain dia akan menjadi manusia yang sangat hina. Dia sangat terlihat lemah ketika berada di bawah bayang-bayang orang lain, bahkan lebih lemah daripada seorang wanita. Dia juga akan menjadi seorang pengecut di hadapan makhluk yang lebih kuat yang selama ini bersikap sewenang-wenang terhdap kaum yang lebih lemah.

Yang perlu kita ingat pula adalah satu akhlak tercela akan menarik akhlak tercela lainnya, sebagaimana satu akhlak mulia akan melahirkan bibit-bibit akhlak mulia lainnya. Dan akhlak mulia itu –apapun bentuknya– merupakan pertengahan antara dua akhlak tercela. Dermawan misalnya berada di pertengahan antara kikir dan boros. Contoh lainnya yaitu rendah hati, ia diapit oleh dua akhlak tercela: minder dan pongah. (Madarijus Salikin II/ 320-322)

Aktualisasi Akhlak Muslim hal 32-35, karya Ustadzah Ummu Ihsan dan Ustadz Abu Ihsan, Pustaka Imam Asy-Syafi’i Jakarta

https://www.facebook.com/Yayasan.Alhanif