SAMBUTAN
KELUARGA
Alhamdulillah,
bersyukur kepada Allah atas segala rahmat dan karunia-Nya. Segala puji bagi
Allah yang telah menjadikan kehidupan dan kematian sebagai sarana untuk menguji
dan menilai manusia. Kehidupan merupakan ajang bagi manusia untuk sebanyak
banyaknya beramal baik, sementara kematian merupakan titik akhir atas segala
kesempatan yang telah diberikan dan sekaligus merupakan titik awal untuk
mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita selama di dunia.
Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat dan semua orang-orang yang mengikuti-Nya.
Diantara pesan-pesan Baginda Nabi yang terpenting adalah dorongan agar umatnya
senantiasa mengingat mati dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah
kematian. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk menghadiri atau datang takziah
saat ada keluarga, teman, atau tetangga yang meninghal dunia, kiranya dapat
kita jadikan sebagai bahan renungan dan pelajaran.
Semoga
Allah SWT. menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang dapat sebanyak
banyaknya beramal baik dan dapat sekecil mungkin berbuat keburukan selama
menjalani kehidupan di dunia ini, serta dijadikan sebagai umat Kanjeng Nabi
yang mendapatkan syafaat kelak diakhirat. Amin
Kematian
merupakan sesuatu yang pasti terjadi. Sudah menjadi ketetapan Allah yang maha
kuasa, bahwa segala sesuatu yang bernyawa pasti akan mati. Kematian tidak dapat
dipercepat maupun ditunda-tunda. Baik tua maupun muda, besar maupun kecil,
laki-laki maupun perempuan, apapun kondisi seseorang apabila sudah tiba saat
kematiannya, ia tidak dapat mengelak walaupun bersembunyi di tempat yang paling
sulit ditembus oleh pasukan paling ampuh sekalipun.
Kematian
adalah batas pemisah antara kehidupan jasmani manusia dengan kehidupan rohaninya,
pemisah antara jasad dan ruhnya. Apabila kematian telah tiba, maka jasad
fisiknya saja yang mati, organ organ tubuhnya tidak lagi berfungsi untuk
menjalani kehidupan di dunia, kemudian jasadnya akan kembali melebur dengan
tanah, kembali keelemen sebagaimana dulunya dia diciptakan. Sementara ruhnya
akan tetap hidup untuk menjalani kehidupan selanjutnya.
Sebagaimana
kepercayaan umat mukmin bahwa ruh sebenarnya tetap hidup walaupun di dunia yang
berbeda, maka tidak mengherankan apabila banyak diantara umat mukmin yang
apabila ditinggalkan mati oleh orang yang dicintainya, mereka tetap mendoakan
agar ruh orang yang dicintainya senantiasa diampuni, dirahmati dan diberikan
tempat terbaik disisi Allah SWT. Bahkan didalam agama islam mengajarkan untuk
mengucapkan salam kepada mereka yang sudah meninggal saat melewati kuburnya.
Berkenaan
dengan peringatan 40 hari berpulangnya Ibu tercinta ke rahmatullah, kami ingin
menyampaikan salah satu peristiwa yang terjadi selama masa Almarhumah mengalami
rasa sakit. Peristiwa ini sangat berkesan sekaligus menjadi pelajaran bagi
kami, anak-anaknya. Semoga peristiwa ini menjadi pengingat anak cucu Almarhumah
dalam menghadapi situasi yang sama, yaitu saat mendampingi orang tercinta yang
sedang sakit, agar senantiasa berdoa dan mengaji (membaca al-qur'an)
disampingnya selama masa sakit sampai akhirnya meninggal dunia, karena doa dan
bacaan alqur`an tersebut akan sangat memberikan manfaat yang sangat besar bagi
yang bersangkutan.
MEMBACAKAN
SURAT ATAU AYAT -AYAT AL-QUR’AN UNTUK ORANG YANG SAKIT
Sejak
mengalami rasa sakit, kira-kira kurang lebih tiga tahun yang lalu, Emak kami
Almarhumah Ibu Hj. Zumroti sempat tidak sadar beberapa kali. Namun, setiap kali
dibacakan surat atau ayat-ayat Al-Qur’an, lambat laun Emak mulai sadar dan
memberi respon dengan mengikuti bacaan surat Al-Qur’an tersebut. Ketika sudah
tidak dapat memberikan respon dalam bentuk ucapan, saat dibacakan surat
Al-Qur’an itu, gumpalan air mata memenuhi kelopak matanya kemudian mengalir ke
sisi kanan dan kiri.
Peristiwa
tersebut sering terjadi. Kejadian paling berkesan sekaligus juga agak
mengejutkan kami sebagia putra-putri beliau adalah peristiwa yang terjadi pada tanggal 04 Desember 2023(tiga pekan sebelum wafat).
Pada waktu itu, setelah dimandikan Emak tidur. Jam 10 lebih Emak terbangun,
kemudian meminta “makan sebelum kedahuluan mati,” katanya. Setelah makan satu
sendok tidur lagi. Karena sampai jam 11 belum bangun dan belum makan, maka Emak
dibangunkan oleh istri Saya, Shinta.
Ketika
ditawari makan, jawaban Emak: Aku wis mangan karo malaikat Munkar Nakir".
Ketika
ditawari minum, jawaban Emak: "Aku wis ngombe banyu suargo”
“Ya Allah
Nak, tibae mangan nang kono luwih enak timbang mangan nang kene. Ngombene yo
luwih seger nang kono, kabeh enak-enak wis”
Tidak lama
setelah itu, masih dalam kondisi terpejam, Emak mengatakan: “Mati.” Spontan
Nuril dan Shinta bertanya: “Emak pingin suntik ta opo mangan, badane sakit ta?”
Emak menjawab: “Mati.” Nuril mengomentari: “Gak enak mati, rekreasi ae, sangune
wes bek ta?” Dijawab: “Wis bek”. Setiap ditanya, jawabnya mati dan mati saja.
Trus pas ditawari, jalan jalan ta Mak? Emak njawab, "Yo, jalan-jalan nang
kuburan".
Emak juga
menceritakan diperlihatkan surga yang indah. Keindahannya tidak ada
tandingannya di dunia. Makan di surga enak, minum di sana juga enak. Beliau
juga menceritakan kalau diperlihatkan Kanjeng Nabi yang tampan rupawan.
Posisinya ketika melihat Nabi Muhammad, Emak berada dibelakang Gus Nawi,
katanya.
Di antara
ucapan-ucapan yang muncul saat itu adalah: “Di akhirat tempatnya orang
disiksa”. “Sembayang utamakno”. “Aku wes dienteni dua malaikat. Malaikat itu
besar-besar yaitu Munkar dan Nakir”. “Di surga isinya kyai-kyai yang ikhlas dan
tidak ada dokter”.
Yang
diminta oleh Emak ketika itu hanya mati. Beliau mengatakan: “Mati Yo ikhlas,
anakku dungakno kabeh”. “Aku sering diketoki bapakmu, diajak bapakmu, tapi tak
janjeni kapan-kapan. Isine dzikir ngaji.”
Melihat
kondisi seperti itu, sekitar jam 12:15 Shinta menelpon saya, agar segera pulang
karena Emak berbicara seperti itu.
Saya pun
datang jam 12:30. Ketika sampai di kamar Emak, beliau dalam keadaan antara
melek dan merem, Emak mengatakan kepada Saya: “Luk, kalau aku wafat warahno
dulur-dulurmu ojo oleh nangis, ojo ngelo (keluar air mata), sing ikhlas kabeh,
terus cacakmu kongkon moleh cekne uman
aku dan suruh pidato, cek aku lego, lek wes pidato aku lego ndang berangkat.”
Karena
bilang begitu, lalu saya melakukan videocall dengan Cak Yin yang posisinya ada
di Jogja, dengan tujuan agar Emak berbicara sendiri dengan Cak Yin. Ketika itu
Emak hanya bilang: “Le, muliho engko ndak nututi aku. Ndak cukup karo
videocall.”
Karena
Emak berbicara sangat singkat ke Cak
Yin, lalu Saya komentari: “Kok cuma ngomong sedikit ke Cak yin Mak?”
“Wes ngono
thok ae gak akeh-akeh, cacakmu ndang kongkon budal”, jawab Emak.
Setelah
itu, Saya membaca Surat Yasin dan Emak ikut membaca berdasarkan hafalannya
(tanpa teks) sampai akhir surat. Di tengah-tengah membaca surat Yasin, Emak
nyeletuk kepada Shinta: “Yo iki sing bener moco Yasin, karena yasin iku
panganane wong kate mati”.
Jam 13.00
Emak sudah mulai bangun dan kesadarannya sudah normal. Ketika itu Nuril
mengatakan: “Emak wes tangi, sak aken Cak Yin akeh pekerjaan gak usah nang
Surabayo wes.”
Jawaban
Emak dengan nada yang agak meninggi: “Ko’en gak sak aken cacakmu gak uman aku
ta?”
Di sisi
lain, Cak Yin meluncur dari Yogyakarta dengan membayangkan kondisi Emak
sebagaimana yang dilihatnya divideocall dan juga cerita-cerita yang dishare
dalam grup keluarga. Singkat cerita, Cak Yin sampai di Wisma Bungurasih
Surabaya tepat jam 21.00 WIB. Setelah mencium tangan dan kening Emak, Cak Yin
bertanya dengan tujuan menggoda: “Emak sudah enak-enak di surga kog mbalik nang
donyo?” Emak hanya tersenyum saja. Setelah itu, Emak dan Cak Yin ngobrol
kesana-kemari sampai jam 22.15. WIB. Emak mengakhiri pembicaraan dengan
mengatakan: “Wis Le, istirahat turuwo, nuruti ceritane Emak, ndak
enthek-enthek”.
Keesokan
harinya, sekitar jam 07.00-08.00, Emak dibangunkan Yuk Is yang pagi itu datang
dari Grati untuk menggantikan Nuril. Yuk
Is membangunkan Emak untuk dimandikan. Pada saat dimandikan oleh Yuk Is dan
Nuril, Emak meminta untuk dibawa ziarah ke makam mumpung ada dua anak
laki-lakinya. Permintaan itu di-iyakan oleh kedua putrinya. Pembicaraan dan
permintaan ini tidak diketahui oleh Saya karena sekitar jam 10.00 pada saat
berbincang-bincang dengan Cak Yin, Saya sedang siap-siap mau keluar ke Grati
karena ada keperluan. Sementara itu, Cak Yin yang mendengar permintaan Emak
sudah mempunyai niatan untuk ke Makam Sunan Ampel sekalian belanja kitab untuk
keperluan pondok. Ketika hendak berangkat ke Ampel, ternyata Emak tertidur dan
Cak Yin pun pergi tanpa pamit kepadanya.
Setelah
Dhuhur, Emak bangun dan merasa orang-orang di sekitarnya, yaitu Yuk is dan
Nuril, tidak sedang mempersiapkan keberangkatannya untuk ziarah. Emak tidak
melihat adanya persiapan sama sekali untuk ziarah. Akhirnya, Emak menyalahkan
Yuk is dan Nuril, sampai akhirnya Nuril mengatakan: “Emak sudah dianter ke
Makam tetapi tidur”. Setelah diberitahu jawaban itu, baru Emak sedikit tenang
hatinya walaupun masih terasa mengganjal.
Menjelang
Ashar Cak Yin kembali dari Sunan Ampel dan sudah mengetahui perihal keributan
antara Emak dengan kedua putrinya tentang keinginan ziarah itu. Cak Yin juga
sudah diberitahu tentang alasan yang telah disampaikan kepada Emak, bahwa
beliau sudah dianter ziarah, tetapi tidur. Karena itulah ketika
berbicang-bincang dengan Emak, Cak Yin mengatakan alasan yang sama dengan
mengatakan: “Emak kan pernah minta diantar suntik ke dokter, ketika sudah
sampai di tempat praktek dokter, Emak tidur. Akhirnya Emak tidak jadi disuntik.
Demikian pula sama halnya dengan ziarah, kejadiannya hampir sama.” Pada saat
itu Emak agak lega dan menerima.
● Tak lama setelah masuk waktu Ashar, Saya datang dari Grati. Pada saat itu Nuril datang ke kamar dan mengatakan: “Iki Cak Luk wis teko, lek pingin ziarah iso berangkat.” Spontan Emak mengatakan: “Aku sakjane ndak percoyo lek wis diajak ziarah lan aku turu”. Akhirnya karena khawatir membuat hati Emak gelo, akhirnya permintaan ziarah ke Makam Wali Sunan Ampel tidak dapat dihentikan. Akhirnya, Saya dengan mengajak Cak Yin, Shinta dan Nuril, menuju ke Makam Sunan Ampel. Padahal, sebenarnya Cak Yin ketika itu sudah bilang kalau mau kembali ke Yogyakarta setelah shalat Ashar dan diiyakan.
Gambar ini
tepat ada di pintu masuk atau gerbang Makam Sunan Ampel Surabaya
Setelah
ziarah ke Makam Sunan Ampel, meskipun ziarah cuma di parkiran Masjid dan tepat
di Gerbang masuk makam, Emak mengatakan kepada Saya: “Emak merasa sangat lega
dan puas.”
Dua pekan setelah kejadian diatas tgl 18 Desember 2023 emak kayaknya kena demam flu dan saya bawa ke RS Griya Amerta DR.Soetomo. Selera makannya tidak ada pernafasan kesulitan karena hidung buntu. Pas periksa dokter akhirnya disarankan untuk ngamar. Alhamdulillah sampai jumat kondisi emak mulai membaik dan ada saran dari salah satu dokter yang boleh pulang, tetapi tiba-tiba sabtu pagi (23 Desember 2023) emak tidak sadar diri dan sudah tidak bisa diajak komunikasi, kemudian sore sama dokter di sarankan untuk di rawat di ruang HCU.
Kejadian
berikutnya yang menjadi pelajaran berharga bagi kami, adalah ketika kami
membacakan beberapa surat Al-Qur’an untuk Emak yang berada dalam keadaan tidak sadar dan memakai alat
bantu oksigen di rumah sakit. Keadaan seperti ini dialami oleh Emak ketika
tidak sadar dihari Sabtu tanggal 23 Desember 2023. Berdasarkan permintaan
dokter, pada hari itu diminta untuk dipindahkan ke ruang HCU. Dalam kondisi
seperti ini Emak tidak dapat berkomunikasi melalui mulut. Respon yang muncul
dapat dilihat dari linangan dan tetesan air matanya ketika surat-surat
Al-Qur’an dibacakan.
Pada
tanggal 24 Desember 2023, saat di rumah sakit itu sedang ditunggu ketiga
putrinya, Yuk Um, Yuk Is dan Yuk Aan. Kira-kira setelah Maghrib, kami
dikejutkan dengan berita bahwa kondisi Emak kritis dan perawat sudah sempat
mengatakan “innā lillāhi wa innā ilahi rāji’ūn”. Tiada gerak di mata walaupun
kami gerak-gerakkan. Tiada denyut nadi ditangan yang kami rasakan. Tiada respon
yang terlihat dimata kami. Perawat membiarkan kami mendampinginya dengan membacakan
surat-surat Al-Qur’an. Pada saat itu semua anak-anaknya mengaji bersama,
terutama surat Yasin, baik di samping beliau maupun di luar ruangan. Dari
kondisi yang kritis seperti itu, ternyata setelah dibacakan surat-surat
Al-Qur’an hingga jam 00.00 WIB indikator medis yang tertera dalam layar
menunjukkan perbaikan. Di malam itu ternyata lambat laun diketahui kalau
kesadaran Emak membaik dan mata sedikit terbuka.
Keesokan
harinya setelah berkonsultasi dengan dr. Muhammad Hardian Basuki, akhirnya keluarga sepakat untuk
meminta Emak dikeluarkan dari HCU agar dapat ditunggu oleh putra dan putrinya.
Malam
tanggal 25 Desember 2023 Emak sudah dipindahkan ke bangsal sekitar jam
20.00-an. Di malam itu satu persatu putra dan putrinya termasuk menantu
bergantian men-talqīn Emak. Respon yang muncul adalah air mata yang keluar
merembes ke sisi kanan dan kiri. Respon yang sama terjadi setelah satu persatu
bergantian membacakan surat-surat Al-Qur’an sampai akhirnya sekitar jam 04.55
WIB beliau menghembuskan nafas terakhir kembali ke haribaan Allah Tuhan Yang
Maha Kuasa. Kami semua bersedih, tetapi semua teringat pesan Almarhumah tidak
boleh ada yang meneteskan airmata atas kepergiannya. Airmata kamipun tertahan
untuk tidak menetes keluar demi menjalankan pesan terakhir beliau. Selamat
tinggal Emak kami tercinta. Meskipun berat, kami harus merelakan kepergianmu
menuju ke hadirat Allah SWT. yang telah memanggilmu. Kami hanya bisa
mendoakanmu, memintakan maghfirah, rahmat dan maaf kepada Allah untukmu.
Selamat jalan, kamipun pasti akan menyusulmu, dan Semoga kami semua dapat
dipertemukan kembali di alam sana. Amin.
PELAJARAN
BERHARGA BAGI KELUARGA
Berpulangnya
Almarhumah Emak kepada Allah Yang Maha Memilikinya, meninggalkan pelajaran yang
berharga bagi kami semua, putri dan putranya. Menemani orang yang tercinta di
saat-saat menjelang akhir hayatnya, kami rasakan amat sangat penting dilakukan.
Mengingat orang yang sedang menjelang ajalnya sangat membutuhkan pendampingan
rohani. Bacaan kalimat tayyibah dan beberapa surat al-Qur’an sangat membantu yang
bersangkutan untuk menjadi tenang dalam menghadapi situasi yang hanya bisa
dirasakan olehnya seorang diri. Tak seorangpun mampu membantu orang yang sedang
menghadapi ajalnya selain meringankan proses ajalnya dengan membacakan kalimat
tayyibah dan surat-surat Al-Qur’an. Dari pengalaman ini, kami berkeyakinan
bahwa sangat penting mendidik anak atau keluarga untuk bisa mengaji Al-Qur’an
dan membuat mereka suka mengaji agar dalam situasi-situasi yang genting,
seperti menghadapi sakit keras dan menjelang ajal seperti diceritakan di atas,
mereka bisa mendampingi orang yang dicintai agar kembali kepada Allah dengan
mudah dan tenang.
Keluarga
berharap apa yang dialami Almarhumah Emak Zumroti, khususnya pada tanggal 4
Desember 2023 seperti yang diceritakan diatas, menjadi pertanda baik bagi
Almarhumah. Apa yang dilihat pada saat itu semoga menjadi perwujudan dari apa
yang dinyatakan dalam sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, bahwa: “Tidak satupun
jiwa manusia bisa meninggalkan dunia sebelum dia mengetahui apakah ia termasuk
ahli surga atau ahli neraka”.
Dalam
riwayat lain dikatakan dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Ali
ra, ia berkata:
"مَا مِنْ
مَيِّتٍ يَمُوْتُ إِلَّا تَمَثَّلَ لَهُ عِنْدَالْمَوْتِ أَعْمَالُهُ الْحَسَنَةُ
وَأَعْمَالُهُ السَّيِّئَةُ"
“Setiap
orang yang akan meninggal pasti akan ditampilkan kepadanya amal-amal
kebaikannya dan amal-amal keburukannya saat akan meninggal”.
Pelajaran
lain yang bisa kami petik sebagai anak yang mendampingi selama masa kritis
Almarhumah adalah bahwa orang yang berada dalam kondisi tidak sadar walaupun
terlihat bisa berkata, sebenarnya masih memiliki kesadaran untuk memberikan
respon. Jangankan disaat orang itu dinyatakan secara medis masih hidup, disaat
nyawa sudah lepas dari jasadpun, orang masih punya kemampuan untuk mendengar
apa yang dikatakan oleh orang yang masih hidup. Berkaitan dengan masalah ini,
kemampuan mendengar dari orang yang sudah meninggal ini, Nabi Muhammad pernah bertanya kepada orang-orang
kafir yang terbunuh dalam Perang Badar. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari
Anas bin Malik r.a, disebutkan:
فَجَعَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَادِيْهِمْ بِأَسْمَائِهِمْ
وَأَسْمَاءِ آبَائِهِمْ: "يَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ، ويَا فُلاَنُ بْنُ
فُلاَنٍ، وَيَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ ، أَيَسُرُّكُمْ أنَّكُمْ أطَعْتُمُ اللَّهَ
ورَسولَهُ؛ فإنَّا قدْ وجَدْنَا ما وعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا، فَهلْ وجَدْتُمْ ما
وعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا؟! قَالَ: فَقَالَ عُمَرُ: يا رَسولَ اللَّهِ، ما تُكَلِّمُ
مِن أجْسَادٍ لا أرْوَاحَ لَهَا! فَقَالَ رَسولُ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليه
وسلَّمَ: والذي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بيَدِهِ، ما أنتُمْ بأَسْمَعَ لِما أقُولُ منهمْ.
“Kemudian
Nabi Muhammad SAW menyebut nama-nama mereka beserta nama-nama bapak mereka satu
persatu dan berkata kepada mereka. “Apakah kalian sekarang mendapatkan perasaan
gembiran andaikata kalian semua taat kepada Allah dan rasul-Nya? Ketahuilah
bahwa sungguh kami telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan Tuhan kami
kepada kami adalah benar. Apakah kalian mendapati apa yang dijanjikan oleh
tuhan kalian benar?! Lalu Anas bin Malik menceritakan: Umar bertanya: Wahai
rasulullah SAW., Apa yang Nabi katakan kepada jasad-jasad yang sudah tidak
memiliki nyawa itu?! Rasulullah SAW menjawab: “Demi Zat di mana jiwa Muhammad
berada dalam genggaman-Nya, tidaklah
kalian lebih bisa mendengarkan apa yang aku katakan melebihi daripada
pendengaran kalian”. (Maksudnya, mereka juga bisa mendengar apa yang aku
ucapkan sebagaimana kalian bisa mendengar ucapan-Ku).
Berdasarkan
riwayat di atas dan riwayat-riwayat lain yang disebutkan dalam banyak kitab
hadis maupun lainnya, yang tidak mungkin disampaikan di sini, kita semua yakin
bahwa orang yang sudah meninggal bisa mendengar dan melihat apa yang dilakukan
oleh keluarganya. Berdoa untuk orang yang sudah meninggal dan membaca
surat-surat atau ayat-ayat dari al-Qur’an, apalagi di atas pusaranya, pasti
didengar oleh mereka yang sudah meninggal. Kita semua meyakini bahwa
bacaan-bacaan itu, yang dimaksudkan untuk mereka yang sudah meninggal, akan
membuat mereka menjadi tentram, atau dapat mengurangi kondisi berat dan tidak
nyaman yang mereka rasakan di alam kuburnya. Bacaan-bacaan penuh faedah itu
bagaikan surat-surat yang diterima oleh mereka yang kesepian dari orang yang mencintainya.
Ranuklindungan,
29 Januari 2024
Keluarga
Besar alm Bapak Sudjak dan almh Ibu Zumroti
almarḥūmāni
wa al-maghfūr lahumā