Minggu, 04 Februari 2024

Kata Pengantar dan Sambutan di Buku Yasin Tahlil

 



SAMBUTAN KELUARGA

    Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah atas segala rahmat dan karunia-Nya. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kehidupan dan kematian sebagai sarana untuk menguji dan menilai manusia. Kehidupan merupakan ajang bagi manusia untuk sebanyak banyaknya beramal baik, sementara kematian merupakan titik akhir atas segala kesempatan yang telah diberikan dan sekaligus merupakan titik awal untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita selama di dunia.

    Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan semua orang-orang yang mengikuti-Nya. Diantara pesan-pesan Baginda Nabi yang terpenting adalah dorongan agar umatnya senantiasa mengingat mati dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk menghadiri atau datang takziah saat ada keluarga, teman, atau tetangga yang meninghal dunia, kiranya dapat kita jadikan sebagai bahan renungan dan pelajaran.

    Semoga Allah SWT. menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang dapat sebanyak banyaknya beramal baik dan dapat sekecil mungkin berbuat keburukan selama menjalani kehidupan di dunia ini, serta dijadikan sebagai umat Kanjeng Nabi yang mendapatkan syafaat kelak diakhirat. Amin

    Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi. Sudah menjadi ketetapan Allah yang maha kuasa, bahwa segala sesuatu yang bernyawa pasti akan mati. Kematian tidak dapat dipercepat maupun ditunda-tunda. Baik tua maupun muda, besar maupun kecil, laki-laki maupun perempuan, apapun kondisi seseorang apabila sudah tiba saat kematiannya, ia tidak dapat mengelak walaupun bersembunyi di tempat yang paling sulit ditembus oleh pasukan paling ampuh sekalipun.

    Kematian adalah batas pemisah antara kehidupan jasmani manusia dengan kehidupan rohaninya, pemisah antara jasad dan ruhnya. Apabila kematian telah tiba, maka jasad fisiknya saja yang mati, organ organ tubuhnya tidak lagi berfungsi untuk menjalani kehidupan di dunia, kemudian jasadnya akan kembali melebur dengan tanah, kembali keelemen sebagaimana dulunya dia diciptakan. Sementara ruhnya akan tetap hidup untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Sebagaimana kepercayaan umat mukmin bahwa ruh sebenarnya tetap hidup walaupun di dunia yang berbeda, maka tidak mengherankan apabila banyak diantara umat mukmin yang apabila ditinggalkan mati oleh orang yang dicintainya, mereka tetap mendoakan agar ruh orang yang dicintainya senantiasa diampuni, dirahmati dan diberikan tempat terbaik disisi Allah SWT. Bahkan didalam agama islam mengajarkan untuk mengucapkan salam kepada mereka yang sudah meninggal saat melewati kuburnya.

    Berkenaan dengan peringatan 40 hari berpulangnya Ibu tercinta ke rahmatullah, kami ingin menyampaikan salah satu peristiwa yang terjadi selama masa Almarhumah mengalami rasa sakit. Peristiwa ini sangat berkesan sekaligus menjadi pelajaran bagi kami, anak-anaknya. Semoga peristiwa ini menjadi pengingat anak cucu Almarhumah dalam menghadapi situasi yang sama, yaitu saat mendampingi orang tercinta yang sedang sakit, agar senantiasa berdoa dan mengaji (membaca al-qur'an) disampingnya selama masa sakit sampai akhirnya meninggal dunia, karena doa dan bacaan alqur`an tersebut akan sangat memberikan manfaat yang sangat besar bagi yang bersangkutan.

 

MEMBACAKAN SURAT ATAU AYAT -AYAT AL-QUR’AN UNTUK ORANG YANG SAKIT

 

    Sejak mengalami rasa sakit, kira-kira kurang lebih tiga tahun yang lalu, Emak kami Almarhumah Ibu Hj. Zumroti sempat tidak sadar beberapa kali. Namun, setiap kali dibacakan surat atau ayat-ayat Al-Qur’an, lambat laun Emak mulai sadar dan memberi respon dengan mengikuti bacaan surat Al-Qur’an tersebut. Ketika sudah tidak dapat memberikan respon dalam bentuk ucapan, saat dibacakan surat Al-Qur’an itu, gumpalan air mata memenuhi kelopak matanya kemudian mengalir ke sisi kanan dan kiri.

    Peristiwa tersebut sering terjadi. Kejadian paling berkesan sekaligus juga agak mengejutkan kami sebagia putra-putri beliau adalah peristiwa yang terjadi pada tanggal 04 Desember 2023(tiga pekan sebelum wafat). Pada waktu itu, setelah dimandikan Emak tidur. Jam 10 lebih Emak terbangun, kemudian meminta “makan sebelum kedahuluan mati,” katanya. Setelah makan satu sendok tidur lagi. Karena sampai jam 11 belum bangun dan belum makan, maka Emak dibangunkan oleh istri Saya, Shinta.

Ketika ditawari makan, jawaban Emak: Aku wis mangan karo malaikat Munkar Nakir".

Ketika ditawari minum, jawaban Emak: "Aku wis ngombe banyu suargo”

“Ya Allah Nak, tibae mangan nang kono luwih enak timbang mangan nang kene. Ngombene yo luwih seger nang kono, kabeh enak-enak wis”

Tidak lama setelah itu, masih dalam kondisi terpejam, Emak mengatakan: “Mati.” Spontan Nuril dan Shinta bertanya: “Emak pingin suntik ta opo mangan, badane sakit ta?” Emak menjawab: “Mati.” Nuril mengomentari: “Gak enak mati, rekreasi ae, sangune wes bek ta?” Dijawab: “Wis bek”. Setiap ditanya, jawabnya mati dan mati saja. Trus pas ditawari, jalan jalan ta Mak? Emak njawab, "Yo, jalan-jalan nang kuburan".

    Emak juga menceritakan diperlihatkan surga yang indah. Keindahannya tidak ada tandingannya di dunia. Makan di surga enak, minum di sana juga enak. Beliau juga menceritakan kalau diperlihatkan Kanjeng Nabi yang tampan rupawan. Posisinya ketika melihat Nabi Muhammad, Emak berada dibelakang Gus Nawi, katanya.

    Di antara ucapan-ucapan yang muncul saat itu adalah: “Di akhirat tempatnya orang disiksa”. “Sembayang utamakno”. “Aku wes dienteni dua malaikat. Malaikat itu besar-besar yaitu Munkar dan Nakir”. “Di surga isinya kyai-kyai yang ikhlas dan tidak ada dokter”.

    Yang diminta oleh Emak ketika itu hanya mati. Beliau mengatakan: “Mati Yo ikhlas, anakku dungakno kabeh”. “Aku sering diketoki bapakmu, diajak bapakmu, tapi tak janjeni kapan-kapan. Isine dzikir ngaji.”

Melihat kondisi seperti itu, sekitar jam 12:15 Shinta menelpon saya, agar segera pulang karena Emak berbicara seperti itu.

Saya pun datang jam 12:30. Ketika sampai di kamar Emak, beliau dalam keadaan antara melek dan merem, Emak mengatakan kepada Saya: “Luk, kalau aku wafat warahno dulur-dulurmu ojo oleh nangis, ojo ngelo (keluar air mata), sing ikhlas kabeh, terus cacakmu kongkon  moleh cekne uman aku dan suruh pidato, cek aku lego, lek wes pidato  aku lego ndang berangkat.”

Karena bilang begitu, lalu saya melakukan videocall dengan Cak Yin yang posisinya ada di Jogja, dengan tujuan agar Emak berbicara sendiri dengan Cak Yin. Ketika itu Emak hanya bilang: “Le, muliho engko ndak nututi aku. Ndak cukup karo videocall.”

Karena Emak berbicara sangat singkat  ke Cak Yin, lalu Saya komentari: “Kok cuma ngomong sedikit ke Cak yin Mak?”

“Wes ngono thok ae gak akeh-akeh, cacakmu ndang kongkon budal”, jawab Emak.

Setelah itu, Saya membaca Surat Yasin dan Emak ikut membaca berdasarkan hafalannya (tanpa teks) sampai akhir surat. Di tengah-tengah membaca surat Yasin, Emak nyeletuk kepada Shinta: “Yo iki sing bener moco Yasin, karena yasin iku panganane wong kate mati”.

Jam 13.00 Emak sudah mulai bangun dan kesadarannya sudah normal. Ketika itu Nuril mengatakan: “Emak wes tangi, sak aken Cak Yin akeh pekerjaan gak usah nang Surabayo wes.”

Jawaban Emak dengan nada yang agak meninggi: “Ko’en gak sak aken cacakmu gak uman aku ta?”

Di sisi lain, Cak Yin meluncur dari Yogyakarta dengan membayangkan kondisi Emak sebagaimana yang dilihatnya divideocall dan juga cerita-cerita yang dishare dalam grup keluarga. Singkat cerita, Cak Yin sampai di Wisma Bungurasih Surabaya tepat jam 21.00 WIB. Setelah mencium tangan dan kening Emak, Cak Yin bertanya dengan tujuan menggoda: “Emak sudah enak-enak di surga kog mbalik nang donyo?” Emak hanya tersenyum saja. Setelah itu, Emak dan Cak Yin ngobrol kesana-kemari sampai jam 22.15. WIB. Emak mengakhiri pembicaraan dengan mengatakan: “Wis Le, istirahat turuwo, nuruti ceritane Emak, ndak enthek-enthek”.

Keesokan harinya, sekitar jam 07.00-08.00, Emak dibangunkan Yuk Is yang pagi itu datang dari Grati untuk menggantikan  Nuril. Yuk Is membangunkan Emak untuk dimandikan. Pada saat dimandikan oleh Yuk Is dan Nuril, Emak meminta untuk dibawa ziarah ke makam mumpung ada dua anak laki-lakinya. Permintaan itu di-iyakan oleh kedua putrinya. Pembicaraan dan permintaan ini tidak diketahui oleh Saya karena sekitar jam 10.00 pada saat berbincang-bincang dengan Cak Yin, Saya sedang siap-siap mau keluar ke Grati karena ada keperluan. Sementara itu, Cak Yin yang mendengar permintaan Emak sudah mempunyai niatan untuk ke Makam Sunan Ampel sekalian belanja kitab untuk keperluan pondok. Ketika hendak berangkat ke Ampel, ternyata Emak tertidur dan Cak Yin pun pergi tanpa pamit kepadanya.

Setelah Dhuhur, Emak bangun dan merasa orang-orang di sekitarnya, yaitu Yuk is dan Nuril, tidak sedang mempersiapkan keberangkatannya untuk ziarah. Emak tidak melihat adanya persiapan sama sekali untuk ziarah. Akhirnya, Emak menyalahkan Yuk is dan Nuril, sampai akhirnya Nuril mengatakan: “Emak sudah dianter ke Makam tetapi tidur”. Setelah diberitahu jawaban itu, baru Emak sedikit tenang hatinya walaupun masih terasa mengganjal.

Menjelang Ashar Cak Yin kembali dari Sunan Ampel dan sudah mengetahui perihal keributan antara Emak dengan kedua putrinya tentang keinginan ziarah itu. Cak Yin juga sudah diberitahu tentang alasan yang telah disampaikan kepada Emak, bahwa beliau sudah dianter ziarah, tetapi tidur. Karena itulah ketika berbicang-bincang dengan Emak, Cak Yin mengatakan alasan yang sama dengan mengatakan: “Emak kan pernah minta diantar suntik ke dokter, ketika sudah sampai di tempat praktek dokter, Emak tidur. Akhirnya Emak tidak jadi disuntik. Demikian pula sama halnya dengan ziarah, kejadiannya hampir sama.” Pada saat itu Emak agak lega dan menerima.

       Tak lama setelah masuk waktu Ashar, Saya datang dari Grati. Pada saat itu Nuril datang ke kamar dan mengatakan: “Iki Cak Luk wis teko, lek pingin ziarah iso berangkat.” Spontan Emak mengatakan: “Aku sakjane ndak percoyo lek wis diajak ziarah lan aku turu”. Akhirnya karena khawatir membuat hati Emak gelo, akhirnya permintaan ziarah ke Makam Wali Sunan Ampel tidak dapat dihentikan. Akhirnya, Saya dengan mengajak Cak Yin, Shinta dan Nuril, menuju ke Makam Sunan Ampel. Padahal, sebenarnya Cak Yin ketika itu sudah bilang kalau mau kembali ke Yogyakarta setelah shalat Ashar dan diiyakan.



 

Gambar ini tepat ada di pintu masuk atau gerbang Makam Sunan Ampel Surabaya

Setelah ziarah ke Makam Sunan Ampel, meskipun ziarah cuma di parkiran Masjid dan tepat di Gerbang masuk makam, Emak mengatakan kepada Saya: “Emak merasa sangat lega dan puas.”

 

Dua pekan setelah kejadian diatas tgl 18 Desember 2023 emak kayaknya kena demam flu dan saya bawa ke RS Griya Amerta DR.Soetomo. Selera makannya tidak ada pernafasan kesulitan karena hidung buntu. Pas periksa dokter akhirnya disarankan untuk ngamar. Alhamdulillah sampai jumat kondisi emak mulai membaik dan ada saran dari salah satu dokter yang boleh pulang, tetapi tiba-tiba sabtu pagi (23 Desember 2023) emak tidak sadar diri dan sudah tidak bisa diajak komunikasi, kemudian sore sama dokter di sarankan untuk di rawat di ruang HCU. 

Kejadian berikutnya yang menjadi pelajaran berharga bagi kami, adalah ketika kami membacakan beberapa surat Al-Qur’an untuk Emak yang berada  dalam keadaan tidak sadar dan memakai alat bantu oksigen di rumah sakit. Keadaan seperti ini dialami oleh Emak ketika tidak sadar dihari Sabtu tanggal 23 Desember 2023. Berdasarkan permintaan dokter, pada hari itu diminta untuk dipindahkan ke ruang HCU. Dalam kondisi seperti ini Emak tidak dapat berkomunikasi melalui mulut. Respon yang muncul dapat dilihat dari linangan dan tetesan air matanya ketika surat-surat Al-Qur’an dibacakan.

 

Pada tanggal 24 Desember 2023, saat di rumah sakit itu sedang ditunggu ketiga putrinya, Yuk Um, Yuk Is dan Yuk Aan. Kira-kira setelah Maghrib, kami dikejutkan dengan berita bahwa kondisi Emak kritis dan perawat sudah sempat mengatakan “innā lillāhi wa innā ilahi rāji’ūn”. Tiada gerak di mata walaupun kami gerak-gerakkan. Tiada denyut nadi ditangan yang kami rasakan. Tiada respon yang terlihat dimata kami. Perawat membiarkan kami mendampinginya dengan membacakan surat-surat Al-Qur’an. Pada saat itu semua anak-anaknya mengaji bersama, terutama surat Yasin, baik di samping beliau maupun di luar ruangan. Dari kondisi yang kritis seperti itu, ternyata setelah dibacakan surat-surat Al-Qur’an hingga jam 00.00 WIB indikator medis yang tertera dalam layar menunjukkan perbaikan. Di malam itu ternyata lambat laun diketahui kalau kesadaran Emak membaik dan mata sedikit terbuka.

Keesokan harinya setelah berkonsultasi dengan dr. Muhammad Hardian Basuki, akhirnya keluarga sepakat untuk meminta Emak dikeluarkan dari HCU agar dapat ditunggu oleh putra dan putrinya.

Malam tanggal 25 Desember 2023 Emak sudah dipindahkan ke bangsal sekitar jam 20.00-an. Di malam itu satu persatu putra dan putrinya termasuk menantu bergantian men-talqīn Emak. Respon yang muncul adalah air mata yang keluar merembes ke sisi kanan dan kiri. Respon yang sama terjadi setelah satu persatu bergantian membacakan surat-surat Al-Qur’an sampai akhirnya sekitar jam 04.55 WIB beliau menghembuskan nafas terakhir kembali ke haribaan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Kami semua bersedih, tetapi semua teringat pesan Almarhumah tidak boleh ada yang meneteskan airmata atas kepergiannya. Airmata kamipun tertahan untuk tidak menetes keluar demi menjalankan pesan terakhir beliau. Selamat tinggal Emak kami tercinta. Meskipun berat, kami harus merelakan kepergianmu menuju ke hadirat Allah SWT. yang telah memanggilmu. Kami hanya bisa mendoakanmu, memintakan maghfirah, rahmat dan maaf kepada Allah untukmu. Selamat jalan, kamipun pasti akan menyusulmu, dan Semoga kami semua dapat dipertemukan kembali di alam sana. Amin.

 

 

 

PELAJARAN BERHARGA BAGI KELUARGA

Berpulangnya Almarhumah Emak kepada Allah Yang Maha Memilikinya, meninggalkan pelajaran yang berharga bagi kami semua, putri dan putranya. Menemani orang yang tercinta di saat-saat menjelang akhir hayatnya, kami rasakan amat sangat penting dilakukan. Mengingat orang yang sedang menjelang ajalnya sangat membutuhkan pendampingan rohani. Bacaan kalimat tayyibah dan beberapa surat al-Qur’an sangat membantu yang bersangkutan untuk menjadi tenang dalam menghadapi situasi yang hanya bisa dirasakan olehnya seorang diri. Tak seorangpun mampu membantu orang yang sedang menghadapi ajalnya selain meringankan proses ajalnya dengan membacakan kalimat tayyibah dan surat-surat Al-Qur’an. Dari pengalaman ini, kami berkeyakinan bahwa sangat penting mendidik anak atau keluarga untuk bisa mengaji Al-Qur’an dan membuat mereka suka mengaji agar dalam situasi-situasi yang genting, seperti menghadapi sakit keras dan menjelang ajal seperti diceritakan di atas, mereka bisa mendampingi orang yang dicintai agar kembali kepada Allah dengan mudah dan tenang.

Keluarga berharap apa yang dialami Almarhumah Emak Zumroti, khususnya pada tanggal 4 Desember 2023 seperti yang diceritakan diatas, menjadi pertanda baik bagi Almarhumah. Apa yang dilihat pada saat itu semoga menjadi perwujudan dari apa yang dinyatakan dalam sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, bahwa: “Tidak satupun jiwa manusia bisa meninggalkan dunia sebelum dia mengetahui apakah ia termasuk ahli surga atau ahli neraka”.

Dalam riwayat lain dikatakan dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Ali ra, ia berkata:


"مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوْتُ إِلَّا تَمَثَّلَ لَهُ عِنْدَالْمَوْتِ أَعْمَالُهُ الْحَسَنَةُ وَأَعْمَالُهُ السَّيِّئَةُ"


“Setiap orang yang akan meninggal pasti akan ditampilkan kepadanya amal-amal kebaikannya dan amal-amal keburukannya saat akan meninggal”.

Pelajaran lain yang bisa kami petik sebagai anak yang mendampingi selama masa kritis Almarhumah adalah bahwa orang yang berada dalam kondisi tidak sadar walaupun terlihat bisa berkata, sebenarnya masih memiliki kesadaran untuk memberikan respon. Jangankan disaat orang itu dinyatakan secara medis masih hidup, disaat nyawa sudah lepas dari jasadpun, orang masih punya kemampuan untuk mendengar apa yang dikatakan oleh orang yang masih hidup. Berkaitan dengan masalah ini, kemampuan mendengar dari orang yang sudah meninggal ini, Nabi  Muhammad pernah bertanya kepada orang-orang kafir yang terbunuh dalam Perang Badar. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik r.a, disebutkan:


فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَادِيْهِمْ بِأَسْمَائِهِمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِهِمْ: "يَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ، ويَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ، وَيَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ ، أَيَسُرُّكُمْ أنَّكُمْ أطَعْتُمُ اللَّهَ ورَسولَهُ؛ فإنَّا قدْ وجَدْنَا ما وعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا، فَهلْ وجَدْتُمْ ما وعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا؟! قَالَ: فَقَالَ عُمَرُ: يا رَسولَ اللَّهِ، ما تُكَلِّمُ مِن أجْسَادٍ لا أرْوَاحَ لَهَا! فَقَالَ رَسولُ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: والذي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بيَدِهِ، ما أنتُمْ بأَسْمَعَ لِما أقُولُ منهمْ.


“Kemudian Nabi Muhammad SAW menyebut nama-nama mereka beserta nama-nama bapak mereka satu persatu dan berkata kepada mereka. “Apakah kalian sekarang mendapatkan perasaan gembiran andaikata kalian semua taat kepada Allah dan rasul-Nya? Ketahuilah bahwa sungguh kami telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan Tuhan kami kepada kami adalah benar. Apakah kalian mendapati apa yang dijanjikan oleh tuhan kalian benar?! Lalu Anas bin Malik menceritakan: Umar bertanya: Wahai rasulullah SAW., Apa yang Nabi katakan kepada jasad-jasad yang sudah tidak memiliki nyawa itu?! Rasulullah SAW menjawab: “Demi Zat di mana jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya,  tidaklah kalian lebih bisa mendengarkan apa yang aku katakan melebihi daripada pendengaran kalian”. (Maksudnya, mereka juga bisa mendengar apa yang aku ucapkan sebagaimana kalian bisa mendengar ucapan-Ku).

Berdasarkan riwayat di atas dan riwayat-riwayat lain yang disebutkan dalam banyak kitab hadis maupun lainnya, yang tidak mungkin disampaikan di sini, kita semua yakin bahwa orang yang sudah meninggal bisa mendengar dan melihat apa yang dilakukan oleh keluarganya. Berdoa untuk orang yang sudah meninggal dan membaca surat-surat atau ayat-ayat dari al-Qur’an, apalagi di atas pusaranya, pasti didengar oleh mereka yang sudah meninggal. Kita semua meyakini bahwa bacaan-bacaan itu, yang dimaksudkan untuk mereka yang sudah meninggal, akan membuat mereka menjadi tentram, atau dapat mengurangi kondisi berat dan tidak nyaman yang mereka rasakan di alam kuburnya. Bacaan-bacaan penuh faedah itu bagaikan surat-surat yang diterima oleh mereka yang kesepian dari orang yang mencintainya.

 

Ranuklindungan, 29 Januari 2024

                                                         

Keluarga Besar alm Bapak Sudjak dan almh Ibu Zumroti

almarḥūmāni wa al-maghfūr lahumā

 

Acara tahlil 40 hari pada tgl 2 dan 3 Februari 2024