Kamis, 18 Januari 2024

Cerita Sebelum Kematian Ibu Hj. Zumroti

 KATA SAMBUTAN KELUARGA

Segala puji bagi Allah yang menjadikan kehidupan dan kematian sebagai sarana untuk menguji dan menilai hamba-hamba-Nya, siapakah di antara mereka yang paling bagus amalnya. Kehidupan merupakan sarana yang dibuat oleh Allah untuk menjadi ajang beramal bagi manusia, sementara kematian dijadikan sebagai titik akhir manusia berkesempatan untuk beramal dan setelah titik itu manusia diminta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya selama mereka menjalani kehidupan. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang menjadikan kehidupan ini sebagai tempat kita beramal dengan sebaik-baiknya. Amin.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi kita, Muhammad SAW, yang di antara pesan-pesannya yang terpenting untuk umat-Nya adalah dorongan agar senantiasa mereka ingat kematian dan menyiapkan diri untuk dunia setelah kematian. Demikian pula semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada keluarga, sahabat dan semua orang yang mengikuti jejak baik-Nya hingga hari kiamat tiba. Amin.

Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi. Sudah menjadi ketetapan Allah yang menciptakan alam kehidupan ini bahwa segala sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Waktu kematian tidak dapat dikedepankan, dipercepat maupun ditunda-tunda. Baik tua maupun muda, besar maupun kecil, laki-laki maupun perempuan, apapun kondisi seseorang apabila sudah tiba saat kematiannya, ia tidak dapat mengelak walaupun dia bersembunyi di tempat yang paling sulit ditembus oleh pasukan paling ampuh sekalipun. 

Kematian adalah batas pemisah antara kehidupan manusia beserta jasad fisiknya dengan kehidupan manusia tanpa jasad fisik, hanya dengan ruhnya semata. Apabila kematian telah dialami seorang manusia, maka jasad fisiknya akan kembali melebur dengan elemen tanah yang menjadi bahan penciptaannya. Sementara ruh manusia tetap bertahan hidup dalam dunianya sendiri. Dengan demikian, sebenarnya kematian hanyalah perpisahan antara jasad material seseorang dengan ruhnya. Yang mati hanya jasadnya yang tidak lagi berfungsi untuk menjalani kehidupan di dunia, sedangkan ruhnya masih tetap ada dan hidup di dunianya yang tidak membutuhkan jasad fisik.

Manusia mukmin percaya bahwa ruh setelah meninggalkan jasadnya, tetap hidup di dunianya. Karena ia masih tetap ada dan hidup di dunianya, maka tidak mengherankan apabila banyak di antara manusia mukmin yang ditinggalkan oleh orang yang dicintai dan dikasihi, tetap mendoakan agar mereka senantiasa diampuni, dirahmati, dan dimaafkan. Bahkan ajaran agama Islam mendorong umatnya untuk mengucapkan salam kepada mereka yang sudah meninggal dan berada dalam kuburnya.

Berkenaan peringatan berpulangnya Ibu tercinta (Hj. Zumrroti) ke rahmatullah, kami ingin menyampaikan salah satu peristiwa yang terjadi selama masa almarhumah mengalami rasa sakit sejak 3tahun. Peristiwa ini sangat berkesan sekaligus menjadi pelajaran bagi kami, anak-anaknya. Semoga peristiwa ini menjadi pengingat anak cucu almarhumah dalam menghadapi situasi yang sama, yaitu mendampingi orang yang tercinta dengan senantiasa berdoa dan mengaji di sisinya selama masa sakit sampai akhirnya meninggalkan dunia yang fana ini karena mendampingi orang yang sedang sakit dengan membacakan doa dan mengaji memberikan manfaat yang sangat besar bagi yang sedang sakit.

MEMBACAKAN AYAT-AYAT ATAU SURAT AL-QUR’AN UNTUK ORANG YANG SAKIT

Sejak mengalami rasa sakit, kira-kira kurang lebih dua setengah tahun yang lalu, Almarhumah sempat tidak sadar beberapa kali. Namun, setiap kali dibacakan surat-surat atau ayat-ayat dari al-Qur’an, lambat laun Almarhumah mulai sadar dan mengikuti bacaan surat-surat atau ayat-ayat al-Qur’an tersebut. Hal ini terjadi ketika Almarhumah masih bisa bernapas secara normal, tanpa bantuan oksigen.

Pertama, Almarhumah tidak sadar pada saat mengalami rasa sakit yang sangat kuat, yang di kemudian hari diketahui karena TBC tulang. Selanjutnya, kondisi tidak sadar sering dialami Almarhumah dan pada saat itu pula putra-putrinya yang mendampingi selalu membacakan ayat-ayat atau surat-surat al-Qur’an. Sebelum bacaan itu selesai, Almarhumah sedikit demi sedikit sadar dan ikut membaca sisa bacaan ayat atau surat tersebut.

Pada Mei tahun 2021 sesudah hari raya idul fitri ibu Zumroti mulai mengalami sakit syaraf di bagian tulang belakan, anak-anaknya membawa ke dokter ahli bedah syaraf kemudian di MRI pada tgl 19 Mei 2021 di RSUD Sidoarjo dengan hasil ada 4 syaraf dibagian bawah yang kejepit dan diduga akibat jatuh. Dokter menyarankan untuk di operasi. Kami sekeluarga menawarkan kepada ibu Zumroti yang keberatan untuk dioperasi yang pada saat itu ramai-ramainya COVID 19. Kemudian kami konsultasikan kepada dokter lain yaitu dr. Saiful Islam dokter ahli syaraf. Saran dokter ahli syaraf diobati saja karena ibu sudah berumur 76 tahun, kata dokter kalau di operasi khawatir nanti syaraf yang akan kejepit berpindah ke posisi lain. Mulai bulan Mei 2021 ibu mengkonsumsi obat atorvastatin 10mg, thrombo aspilet, jointace collagen, alpentin 100mg, celebrex 100mg (bila perlu saja), methycobalt 500mg. Januari 2022 ada tambahan obat pletaal 50mg, karena ada bengkak di kaki. Mei 2022 ada obat proxilene 200mg. Juni 2022 ada obat zyloric100mg. Juli 2022 obat trental 400mg, ada gangguan sirkulasi pembuluh darah. Mulai 20 September 2022, resep dari Doker M. Hardian Basuki, gabapentin 300mg, ultracet, osfit, oscal 0,25, dan rifastar (obat TB tulang), osteocare.

Ibu berada di rumah putranya yg ke 5 pada awalnya kosumsi obat2an ini teratur di minum di Surabaya, begitu terasa nyeri syarafnya hilang ibu minta

Pada tanggal 04 Desember 2023, kira-kira sebelum masuk waktu Dzuhur sekitar jam 11.00, Almarhumah dalam kondisi tidur. Padahal, biasanya di waktu tersebut dalam kondisi terjaga. Karena kondisinya masih tidur, maka Shinta, istri dari Lukman, dan Nuril yang pada saat itu menjaga Almarhumah, mencoba untuk membangunkan Almarhumah untuk makan dan minum, tetapi anehnya dalam keadaan tidur itu Almarhumah menjawab dengan jawaban yang mengagetkan karena sepertinya Almarhumah sedang berada di alam lain saat menjawab pertanyaan dua anak yang menjaganya.

Almarhumah, menurut cerita Nuril, dalam kondisi terpejam mengatakan: “Mati.” Spontan Nuril dan Shinta bertanya: “Emak suntik ta mangan, badane sakit ta?” Emak menjawab: “Mati.” Nuril mengomentari: “Gak enak mati, rekreasi ae, sangune wes bek ta?” Dijawab wis bek. Setiap ditanya, jawabnya mati dan mati saja. Ketika diminta untuk makan, Almarhumah tidak mau. 

Sebelum kejadian itu Emak bangun minta makan sebelum kedahuluan mati, Katanya. Tetapi Almarhumah hanya makan satu sendok saja, lalu tidur lagi dan mengalami hal itu dalam waktu lama. Emak menceritakan diperlihatkan surga yang indah di dunia tidak ada, makan di surga enak minum juga enak. Emak juga menceritakan kalau diperlihatkan kanjeng Nabi seng ganteng, posisine Emak di belakang Gus Nawi. Di akhirat tempatnya orang disiksa. Sembayang utamakno. Aku wes dienteni dua malaikat. Malaikat itu besar-besar yaitu Munkar dan Nakir. Di surga isinya kyai2 yang ikhlas dan tidak ada dokter. Seng dikarepno mati. Mati Yo ikhlas, anakku dungakno kabeh. Aku sering diketoki bapakmu, diajak bapakmu, tapi tak janjeni kapan2. Isine zikir ngaji.

Shinta menceritakan bahwa pada saat itu Emak saya bangunkan, dan saya tawari untuk makan.

Emak menjawab: "Aku wis mangan karo malaikat Munkar Nakir."

Kemudian ketika saya tawari minum, Emak menjawab dengan mata terpejam, "Aku wis ngombe banyu suargo."

Setelah itu, masih kata Shinta, Emak bercerita bahwa makan di sana (suargo) ternyata lebih enak, minumnya juga lebih seger. Pokoknya semua uenak-uenak.

Nuril, anak bungsunya, menimpali dengan bertanya: “Apa Emak pingin jalan-jalan?”

Iya jalan-jalan ke kuburan. Pokoknya wis pingin mati.” Jawab Emak. Emak melanjutkan dengan mengatakan bahwa: “Di suargo ketemu kyai-kyai sing ikhlas. Aku (emak) yo wes ikhlas, ndik surgo gak ketemu dokter.

Melihat kondisi Emak seperti itu, Shinta sekitar jam 12: 15 menelepon suaminya, Lukman, agar pulang karena Emak berbicara seperti itu.

Lukman datang jam 12:30. Ketika sampai di kamar di mana Emak terbaring dalam keadaan antara melek dan merem, Emak mengatakan kepada Lukman: “Luk, kalau saya wafat warahno dulur-dulurmu ojo oleh nangis, ojo ngelo (keluar air mata) sing ikhlas kabeh, terus cacakmu kongkon  moleh cekne uman aku dan suruh pidato aku biar lego, lek wes pidato  aku lego ndang berangkat.”

Karena bilang begitu terus Lukman melakukan videocall dengan cacaknya, Diyin, agar Emak berbicara sendiri dengan Diyin. Ketika itu Emak hanya bilang: “Leh, muliho engko ndak nututi aku. Ndak cukup karo vidiocall.

Karena Emak bilang singkat ke cacaknya, Lukman bilang kepada Mak: “Kok cuma ngomong sedikit ke Cak yin?”

Wes ngono thok ae gak akeh2 cacakmu ndang kongkon budal”, Jawab Emak.

Setelah itu, Lukman membaca Surat Yasin, dan Emak ikut membaca dengan hafalan Yasinnya (tdk membaca buku Yasin) sampai akhir surat tersebut. Di tengah-tengah membaca Yasin Emak mengatakan kepada Shinta: “Yo iki sing bener moco Yasin karena  panganane wong kate mati”.

Jam 13.00 Emak sudah mulai bangun normal. Ketika itu Nuril mengatakan: “Emak wes tangi, sak aken cak Yin ake pekerjaan gak usah nang surabayo wes.”

Jawaban Emak dengan nada yang agak meninggi: “Ko’en gak sak aken cacakmu gak uman aku ta?” 

Dialog di atas terjadi pada hari Senin tanggal 4 Desember 2023 mulai jam 11 posisi Emak tidur. Posisi tidur seperti itu sebenarnya bukan kondisi biasa bagi Almarhumah setelah dimandikan atau di-seko badannya. Biasanya Almarhumah posisi waktu seperti itu dalam keadaan terjaga atau terbangun. Kejadian ini berlangsung sekitar dua jam lamanya.

Di sisi lain, Cak Yin meluncur dari Yogyakarta dengan membayangkan kondisi Emak sebagaimana yang ada di videocall dan cerita-cerita yang dishare dalam grup keluarga. Karena satu dan lain hal, ia baru dapat keluar dari Yogyakarta sekitar setelah Ashar dan baru sampai di Wisma Bungurasih Surabaya tepat jam 21.00 WIB. Setelah mencium tangan dan kening Emak, Cak Yin bertanya dengan tujuan menggoda: “Emak sudah enak-enak di surga kog mbalik nang donyo?”. Almarhumah hanya tersenyum saja. Setelah itu, Emak dan Cak Yin ngobrol kesana-kemari sampai jam 22.15. WIB.

Keesokan harinya, sekitar jam 07.00-08.00, Almarhumah dibangunkan Yu’ Is untuk dimandikan. Pada saat dimandikan, Almarhumah meminta untuk dibawa ziarah ke makam semampang ada dua anak laki-lakinya. Permintaan itu di-iyakan oleh Yu’ is dan Nuril. Permintaan ini tidak diketahui oleh Lukman karena sekitar jam 10.00 pada saat berbincang-bincang dengan Cak Yin, Lukman mau keluar ke Grati karena ada keperluan. Sementara itu, Cak Yin yang tahu dengan keinginan tersebut sudah mempunyai niatan untuk ke Makam Sunan Ampel sekalian belanja kitab untuk keperluan pondok. Ketika hendak berangkat ke Ampel, ternyata Almarhumah tidur dan Cak Yin pun pergi tanpa pamit kepadanya.

Setelah Dhuhur Almarhumah bangun dan merasa orang di sekitarnya, yaitu Yu’ is dan Nuril, tidak sedang mempersiapkan keberangkatannya untuk ziarah. Akhirnya Almarhumah menyalahkan Yu’ is dan Nuril, sampai akhirnya Nuril mengatakan bahwa Emak sudah dianter ke Makam tetapi Emak tidur. Setelah diberitahu begitu baru Almarhumah sedikit tenang hatinya.

Menjelang Ashar Cak Yin kembali dari Sunan Ampel dan sudah mengetahui perihal keinginan Almarhumah untuk ziarah dan diberitahu kalau sudah diantar ziarah tetapi Almarhumah tidur. Karena itulah Cak Yin ketika berbicang-bincang dengan Emak mengatakan alasan yang sama dengan mengatakan bahwa Emak Pernah minta disuntik ke dokter, sudah diantar ke dokter tetapi sampai di tempat praktek dokter, Emak tidur. Akhirnya tidak jadi disuntik. Demikian pula halnya dengan ziarah hampir sama. Pada saat itu agak lega dan menerima.

Tetapi, tak lama setelah masuk waktu Ashar, Lukman datang dari Grati. Pada saat itu Nuril datang ke kamar dan mengatakan: “Iki Cak Luk wis teko, lek pingin ziarah iso berangkat.” Spontan Almarhumah mengatakan: “Aku sakjane ndak percoyo lek wis diajak ziarah lan aku turu”. Akhirnya permintaan ziarah ke Makam wali itu tidak dapat dihentikan, dan akhirnya, singkat cerita, Cak Yin kembali lagi ke Makam Sunan Ampel bersama Cak Luk dan mbak Shinta dan Nuril, meskipun sebenarnya Cak Yin sudah bilang kalau mau kembali ke Yogyakarta setelah shalat Ashar.

C:\Users\Tamrin Tullab\AppData\Local\Packages\5319275A.WhatsAppDesktop_cv1g1gvanyjgm\TempState\1E206BCB08B982D409040E9B434D3D5B\WhatsApp Image 2024-01-09 at 18.43.42_9e5a04bf.jpg

Gambar ini tepat ada di pintu masuk atau gerbang Makam Sunan Ampel Surabaya

Setelah ziarah ke Makam Sunan Ampel, meskipun ziarah cuma di parkiran Masjid Ampel dan tepat di Gerbang masuk makam, Almarhumah mengatakan kepada cak Luk bahwa emak merasa sangat lega dan puas.

Kedua, membacakan beberapa surat al-Qur’an dalam keadaan tidak sadar dan memakai alat bantu oksigen. Keadaan seperti ini dialami oleh Almarhumah ketika tidak sadar di hari Sabtu tanggal 23 Desember 2023. Pada hari ini Almarhum berdasarkan permintaan dokter diminta untuk dipindahkan ke ruang HCU. Dalam kondisi seperti ini Almarhumah tidak dapat berkomunikasi melalui mulut. Respon yang muncul dapat dilihat dari linangan dan tetesan air mata ketika ayat-ayat atau Surat-Surat al-Qur’an dibacakan.

Pada tanggal 24 Desember 2023 di rumah sakit Emak ditunggu ketiga putrinya, Yu’ Um, Yu’ Is dan Aan. Kira-kira setelah Maghrib dan menjelang isya’ kami dikejutkan dengan berita bahwa kondisi Emak kritis dan perawat sudah sempat mengatakan “innā lillāhi wa innā ilahi rāji’ūn”. Tiada gerak di mata walaupun digerakkan-gerakkan. Tiada denyut nadi di tangan yang terasa. Pada saat itu semua anak Almarhumah membacakan surat-surat al-Qur’an, terutama Yasin. Dari kondisi yang kritis seperti itu, ternyata setelah dibacakan surat-surat dari al-Qur’an hingga jam 00.00 WIB indikator medis yang tertera dalam layar menunjukkan perbaikan. Di malam itu ternyata lambat laun diketahui kalau kesadaran Emak membaik dan mata sedikit terbuka.

Keesokan harinya setelah berkonsultasi dengan dokter yang dikenal oleh keluarga dan bertanya kepada dokter yang menangani Almarhumah, akhirnya keluarga sepakat untuk meminta Almarhumah dikeluarkan dari HCU agar dapat ditunggu oleh putri dan putrinya. 

Malam tanggal 25 Desember 2023 Almarhumah dipindahkan ke bangsal sekitar jam 20.00-an. Di malam itu satu persatu putrid an putri termasuk menantu bergantian mentalqin Almarhumah. Respon yang muncul adalah air mata yang keluar merembes ke sisi kanan dan kiri mata atau pelipis kanan dan kiri di samping mata. Respon yang sama terjadi setelah satu persatu bergantian membacakan surat-surat al-Qur’an sampai akhirnya sekitar jam 04.55 WIB beliau menghembuskan napas terakhir kembali ke haribaan Tuhan yang maha Kuasa. Kami semua bersedih, tetapi semua teringat pesan Almarhumah tidak boleh ada yang meneteskan airmata dengan kepergiannya. Airmata kamipun tertahan untuk tidak menetes keluar demi menjalankan pesan terakhir Almarhumah.


PELAJARAN BERHARGA BAGI KELUARGA

Berpulangnya Emak kami kepada Allah Yang Maha Memilikinya meninggalkan pelajaran yang berharga bagi kami semua, putri dan putranya. Menemani orang yang tercinta di saat-saat menjelang akhir hayat amat sangat penting dilakukan mengingat orang yang sedang menjelang ajalnya sangat membutuhkan pendampingan rohani. Bacaan kalimat tayyibah dan beberapa surat al-Qur’an membantu yang bersangkutan untuk menjadi tenang dalam menghadapi situasi yang hanya bisa dirasakan sendiri olehnya. Tak seorangpun mampu membantu orang yang sedang menghadapi ajalnya selain meringankan proses ajalnya dengan membacakan kalimat tayyibah dan surat-surat al-Qur’an. Dengan demikian penting pula mendidik anak atau keluarga untuk bisa mengaji al-Qur’an dan suka mengaji agar dalam situasi-situasi yang genting seperti menghadapi ajal bisa mendampingi orang yang dicintai agar kembali kepada Allah dengan mudah dan tenang.

Keluarga berharap apa yang dialami Almarhumah, khususnya pada tanggal 4 Desember 2023 seperti yang diceritakan di atas, menjadi pertanda baik baik Almarhumah. Apa yang dilihat pada saat itu semoga menjadi perwujudan dari apa yang dinyatakan dalam sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, bahwa: “Tidak satupun jiwa manusia bisa meninggalkan dunia sebelum dia mengetahui apakah ia termasuk ahli surga atau ahli neraka”.

Dalam riwayat lain dikatakan dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Ali ra, ia berkata:

"مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوْتُ إِلَّا تَمَثَّلَ لَهُ عِنْدَالْمَوْتِ أَعْمَالُهُ الْحَسَنَةُ وَأَعْمَالُهُ السَّيِّئَةُ"

“Setiap orang yang akan meninggal pasti akan ditampilkan kepadanya amal-amal kebaikannya dan amal-amal keburukannya saat akan meninggal”.